Jumat, 04 Mei 2012

Crossbreeding System

CROSSBREEDING SYSTEM
                                                
                                                   NAMA              : ALIEF  ASHAR
                                                   NIM                  : I 311 07 022
      JURUSAN        : Sosial Ekonomi Peternakan



FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
  



CROSSBREEDING SYSTEM
Sebelumnya akan dipaparkan sedikit mengenai apa yang dimaksud dengan Crossbreeding. Crossbreeding adalah sebuah sistem perkawinan/ persilangan antar ternak yang berbeda bangsa. Seperti contohnya, persilangan antar bangsa sapi brahman  dengan  bangsa  sapi  angus,  yang  kemudian  menghasilkan  progeny/ keturunan bangsa sapi baru yakni Brangus. Keuntungan dari crossbreeding ini adalah dapat meningkatkan Heterosis atau Hybrid vigor serta Breed Complementary.
Dalam Crossbreeding terdapat 4 macam sistem, yakni :
1. Sistem Terminal (Terminal System)
2. Sistem Rotasi (Rotational System)
3. Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)
4. Sistem Komposit (Composite System)
Berikut adalah penjelasan mengenai keempat sistem dari crossbreeding :
1.      Sistem Terminal (Terminal System)
Sistem ini merupakan salah satu sistem dari crossbreeding, yang dimana dalam sistem ini menggunakan 2 breed/ bangsa yang berbeda. Dalam sistem terminal ini, semua anak sapi hasil persilangan dijual dan betina pengganti (female replacements) diambil dari betina di luar kelompok. Betina yang dipilih sebagai induk yakni betina yang telah melewati seleksi sehingga didapatkan betina yang baik, tingkat produksi susu serta mothering ability yang baik. Sedangkan untuk jantan, tingkat pertumbuhan serta karakteristik karkas yang baik adalah merupakan hal yang sangat penting (Anonim, 2009).
Adapun keuntungan yang diperoleh dengan adanya sistem ini adalah memungkinkan untuk meningkatkan heterosis progeny sebesar 100% selain itu juga dapat meningkatkan breed complementary      (Frahm, R).
Selain itu, kekurangan yang didapat dari sistem ini yakni diperlukan ladang pengembalaan (pasture) yang memenuhi syarat baik kuantitas maupun kualitas, karena mengingat dalam sistem ini yang terlibat adalah 2 kelompok ternak sapi yang saling berbeda bangsa sehingga dimungkinkan juga berbeda dalam mengkonsumsi pakan/ hijauan (Frahm, R).
2.      Sistem Rotasi (Rotational System)
Dalam sistem ini diperlukan 2 atau 3 bangsa ternak yang berbeda. Secara umum terdapat dua macam sistem rotasi, yakni sistem rotasi 2 bangsa (Two-Breed Rotational Breed) dan sistem rotasi 3 bangsa (Three-Breed Rotational Breed). Namun, sistem yang banyak digunakan adalah sistem rotasi dengan menggunakan 3 bangsa ternak yang berbeda. Sedikit pemaparan mengenai sistem rotasi 2 bangsa, yakni ♀ dari breed A disilangkan dengan ♂ breed B, dan ♀ breed B disilangkan dengan ♂ breed A. Dalam sistem ini, akan didapatkan peningkatan heterosis sebesar 66%. Pada keturunannya akan memiliki 2/3 gen dari bangsa induknya, sedangkan 1/3 gen berasal dari bangsa lain (Anonim, 2009).
Sedangkan untuk sistem rotasi dengan 3 bangsa, dalam 1 peternakan terdiri dari 3 bangsa ternak, yang dimana ♀ breed A digunakan sebagai female replacements untuk kemudian disilangkan dengan ♂ breed B. Ternak ♀  hasil  persilangan  tadi  digunakan  sebagai  female  replacements  yang kemudian disilangkan dengan ♂ breed C. Ternak ♀ hasil persilangan ini kemudian  digunakan  sebagai  female  replacements  yang kemudian  akan disilangkan dengan ♂ breed A (Frahm, R).
            Adapun keuntungan yang diperoleh dari sistem rotasi 3 bangsa ini
adalah dapat meningkatkan heterosis atau hybrid vigor lebih tinggi 20% -
21% dibandingkan dengan sistem rotasi 2 bangsa, yakni sebesar 86% - 87%. Disamping itu kerugian yang diperoleh dalam sistem ini adalah kesulitan dalam pemeliharaan bila dibandingkan dengan sistem rotasi dengan 2 bangsa,
            mengingat bahwa dalam sistem ini menggunakan 3 bangsa ternak yang berbeda,  sehingga  juga  dibutuhkan  pasture  yang  dapat  mencukupi maintenance (kebutuhan sehari-hari) dari ternak tersebut, serta pakan yang tersedia harus sesuai dengan A.I (animal unit) agar tidak terjadi overgrazing (  ∑  ternak  >  hijauan  )  dan  undergrazing  (∑  ternak  <  hijauan) (Anonim, 2009).
Berikut  adalah  diagram  sederhana  yang  dapat  menggambarkan
bagaimana sistem kerja sistem rotasi tersebut :
            Herd- A                                                                               Herd- B


x
 
          ♀                                                                                   ♂
x         ♀                                 


x
 


Herd- C
 
♂                                                                                 ♀


x
 
                                                      
♂                                                        
     ♀            ♀ = female replacements
3. Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)
Sistem  kombinasi  ini  merupakan  sistem  crossbreeding  yang mengkombinasikan antara sistem rotasi (rotational system) dengan sistem terminal  (terminal  system).  Dimana  sistem  rotasi  berfungsi  untuk menyediakan female replacements (♀) dengan jalan persilangan antara breed A dengan breed B (A*B Rot) sedangkan sistem terminal berfungsi untuk menghasilkan keturunan yang kemudian akan dijual (marketed calf).
Sehingga secara sederhana dapat dirumuskan bahwa [T * (A*B)]       (Nick, 2005).
Adapun keuntungan yang diperoleh dari sistem kombinasi ini adalah dimungkinkan dapat meningkatkan berat sapih sekitar 21%. Disamping itu, juga  dapat  meningkatkan  heterosis  yang  berasal  terminal  cross.  Dapat diasumsikan bahwa, kita akan mendapatkan 66% heterosis dari sistem rotasi (2 breed) dan 100% heterosis dari sistem terminal dan 50% dari total sapi di dalam Herd C                                         ( kelompok C [T * (A*B)] ), ini dapat memungkinkan yakni kira-kira heterosis yang akan diperoleh adalah sebesar 83% (Frahm, R).
            Sedangkan kerugian yang diperoleh dari sistem ini adalah setidaknya, minimal peternak memiliki 3 ladang pengembalaan (pasture), minimal terdiri dari  100  sapi/kelompok,  diperlukan  kedisiplinan  serta  ketelitian  dala mengidentifikasi  sapi  menurut  tahun  kelahirannya  sebagaimana  bangsa induknya (Nick, 2005).
4. Sistem Komposit (Composite System)
Composite  berarti  keturunan  baru.  Yakni  dimana  crossbreeding digunakan untuk membentuk keturunan baru/ komposit. Setelah keturunan
tersebut terbentuk maka akan dibentuk sebuah kawasan atau kelompok untuk breed baru tersebut (Anonim, 2009).
Keuntungan  dari  keturunan  komposit  mencangkup  kemudahan
manajemen, konsistensi heterosis yang tinggi dan seringkali bahwa keturunan baru ini dapat berkembang biak dalam suatu lingkungan yang ideal untuk dikembangkan secara khusus (Anonim, 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar