Kamis, 28 Maret 2013

Analisis penetapan harga telur burung puyuh di Kec. Pallangga, Kab. Gowa



ANALISIS PENETAPAN HARGA TELUR BURUNG PUYUH DI KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA


               ___
S K R I P S I



ALIEF ASHAR
I 311 07 022


 


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012


DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL............................................................................    i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................    ii
DAFTAR ISI.............................................................................................    iii
DAFTAR TABEL....................................................................................    v
BAB  I   PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang.................................................................              1
1. 2. Rumusan masalah............................................................              3
1. 3. Tujuan Penelitian.............................................................              3
1. 4. Kegunaan Penelitian........................................................              3
BAB  II   TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Tinjauan Umum Tentang Burung Puyuh Dan Telur Puyuh.         4
                    2. 2 Penetapan Harga..............................................................              6
BAB  III   METODE PENELITIAN
3. 1. Waktu dan Tempat..........................................................    16
3. 2. Jenis Penelitian..................................................................   16
3. 3. Populasi............................................................................    16
3. 4. Teknik Pengumpulan Data...............................................    16
3. 5. Jenis dan Sumber Data....................................................    17
3. 6 Analisa data......................................................................    17
3. 7. Konsep Operasional.........................................................    18
BAB IV   KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.   1. Kondisi Geeografis dan Topografi....................................    25

4.   2. Keadaan Demografi...........................................................    25

BAB V   HASIL DAN PEMBAHASAN
                 5. 1. Identitas Responden..........................................................    29
                 5. 2. Manajemen Usaha..............................................................    30
                 5. 3. Penetapan Harga................................................................    36
BAB VI   KESIMPULAN DAN SARAN
                6. 1. Kesimpulan.........................................................................    42
                6. 1. Saran...................................................................................    42
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................    43
LAMPIRAN




DAFTAR TABEL
Halaman

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia........................................           21
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...........................................           21
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan...............................................           22
Jumlah Ternak.............................................................................................           23
Umur Responden........................................................................................           23
Tingkat Pendidikan Responden..................................................................           24
Lama Usaha................................................................................................           24
Jumlah Populasi Ternak Burung Puyuh......................................................           25
Biaya Tetap.................................................................................................           26
Biaya Variabel............................................................................................           27
Total Biaya..................................................................................................           29
Penerimaan..................................................................................................           29


BAB I
PENDAHULUAN
1.   1 Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari suatu totalitas kinerja agribisnis, khususnya subsistem usahatani ternak dengan keluaran berupa produksi primer ternak. Subsistem ini akan menjadi suatu kesatuan kinerja yang tidak terpisahkan dari subsistem agribisnis hulu (kegiatan ekonomi input, produksi peternakan, informasi, dan teknologi) dan subsistem agribisnis hilir (perdagangan, pengolahan, dan jasa agribisnis).
                Usaha peternakan yang banyak diminati oleh masyarakat saat ini salah satunya usaha peternakan unggas. Hal ini dikarenakan peternakan unggas merupakan usaha yang dapaat diusahakan mulai dari skala usaha rumah tangga hingga skala usaha besar. Salah satu peternakan unggas yang saat ini kembali diminati oleh masyarakat adalah peternakan puyuh, hal ini dikarenakan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh ternak puyuh  diantaranya kemampuan produksi telurnya cepat dan tinggi (Listiyowati dan Roospitasari, 2007).
Namun, seperti kita ketahui  salah satu penunjang perekonomian negara adalah kesehatan pasar, baik pasar barang jasa, pasar uang, maupun pasar tenaga kerja. Kesehatan pasar, sangat tergantung pada makanisme pasar yang mampu menciptakan tingkat harga yang seimbang, yakni tingkat harga yang dihasilkan oleh interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran yang sehat.
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi Peternak.
Dalam hal ini penetapan harga telur puyuh juga menjadi sangat penting bagi peternak. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu usaha karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh peternak dari penjualan produknya.
Dari fakta yang ditemukan Kec.Pallangga Kab.Gowa, terlihat suatu fenomena berupa banyaknya telur puyuh dari pulau jawa yang mempunyai harga jual lebih murah dibandingkan telur puyuh yang ada didaerah setempat. Oleh karena itu ini berarti keseimbangan harga akan terganggu karena adanya ketidaksamaan harga yang berakibat terhadap kesehatan pasar dimana  para konsumen akan beralih membeli telur puyuh dari pulau jawa secara otomatis akan mengurangi daya beli  konsumen dan pendapatan peternak telur puyu di daerah setempat.
Dari  latar  belakang  yang telah dikemukakan, maka dilakukan  penelitian  tentang “Analisis Penetapan Harga Telur Puyuh di Kec Pallangga Kab. Gowa”.



1.   2.  Rumusan  Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana sistem penetapan Harga Telur Puyuh di Kec Pallangga Kab. Gowa?”
1.   3. Tujuan penelitian
Adapun  tujuan  dari  penelitian  ini  yaitu  untuk  mengetahui   dan  menganalisis Penetapan  Harga  Telur  Puyuh  di  Kec  Pallangga  Kab. Gowa”.
1.   4. Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini  adalah sebagai berikut :
1.      Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan masyarakat di Kec Pallangga Kab. Gowa. Untuk memberi pemahaman / pertimbangan kekurangan dan kelebihan peternak dalam member daya saing
2.      Sebagai bahan pengetahuan bagi peneliti mengenai penetapan harga telur burung puyuh di Kec. Pallangga Kab. Gowa.
3.      Sebagai bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.   1. Tinjauan Umum Tentang burung Puyuh Dan Telur Puyuh
Puyuh adalah nama untuk beberapa genera dalam familia phasianidae. Burung ini berukuran menengah. Burung puyuh dari Dunia Baru (famili Odontophoridae) dan puyuh kancing (famili Turnicidae) tidak berkerabat dekat namun nama mereka memiliki perilaku dan karakteristik fisik yang mirip.
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.(Nugroho dan Mayun, 1986)
Burung puyuh adalah unggas daratan yang kecil namun gemuk. Mereka pemakan biji-bijian namun juga pemakan serangga dan mangsa berukuran kecil lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah, dan berkemampuan untuk lari dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang pendek. Beberapa spesies seperti puyuh Jepang adalah migratori dan mampu terbang untuk jarak yang jauh. Beberapa jenis puyuh diternakkan dalam jumlah besar. Puyuh jepang diternakkan terutama karena telurnya. (Anonim, 2012)


Klasifikasi Burung Puyuh
Kingdom         : Animal
Phylim             : Chordata
Phylum            : Aves
Ordo                : Galiformes
Famili              : Phasianidae
Sub Famili       : Phasianinae
Genus              : Coturnix
Species            : Coturnix Coturnix Japanica
            Ternak Burung Puyuh termasuk ternak dengan produktivitas yang relative tinggi. Singkatnya siklus hidup burung puyuh menyebabkan unggas ini cepat berproduksi, yaitu saat berumur 35-42 hari sudah mulai bertelur. Berarti sejak permulaan investasi sampai pemungutan hasilnya berlangsung dalam waktu singkat. Keadaan ini menimbulkan semangat bagi peternak dibandingkan dengan ayam rasa tau ayam kampung. (Topan, 2007)
            Topan (2007) menambahkan bahwa  telur burung  puyuh merupakan telur yang berukuran kecil, bercorak, dan rasanya enak. Umumnya masyarakat mengetahui puyuh sebagai unggas liar yang memanfaatkan kebun, sawah, dan hutan sebagai habitatnya. Burung ini jarang terbang, namun bias dikatakan tidak banyak yang mengetahui bahwa siburung mini ini dapat diternakkan dengan mudah, bahkan menjadi lading usaha bagi peternak kecil.

            Lebih lanjut diungkapkan oleh Yusdja, dkk (2005) bahwa telur puyuh sangat potensial untuk dikembangkan terlebih karena konsumsi telur puyuh sudah mulai menyebar diseluruh kota-kota menengah dan kota besar di pulau jawa. Telur puyuh dapat ditemukan di pasar tradisional sampai pada pasar modern. Perubahan ini juga turut mempercepat peningkatan konsumsi telur puyuh. Konsumsi telur puyuh juga banyak diperkenalkan oleh industry makanan rumah tangga selain itu telur puyuh yang berukuran kecil itu sering dijadikan bahan tambahan bagi banyak masakan yang popular dikalangan rakyat seperti pengganti bakso, sate dan makan kecil.
2. 2. Metoda Penetapan Harga
Secara garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasisi biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan. (Anonim, 2012)
Ø Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan
Adalah suatu metode yang menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan preferansi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan, diantaranya yaitu:
·         Perilaku konsumen secara umum.
·         Segmen-segmen dalam pasar.
·         Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk yang digunakan sehari-hari.
·         Kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli).
·         Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan.
·         Harga produk-produk substitusi & Sifat persaingan non harga.
Paling sedikit terdapat tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode penetapan harga berbasis permintaan, yaitu:
• Skimming Pricing
Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga yang tinggi bagi suatu produk baru atau inovasi dalam tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat. Strategi ini baru bisa berjalan baik jika konsumen tidak sensitif terhadap harga, tetapi lebih menekankan pertimbangan-pertimbangan kualitas, inovasi, dan kemampuan produk tersebut dalam memuaskan kebutuhan.
• Penetration Pricing
Dalam Strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat. Tujuan dari strategi ini untuk mencapai skala ekonomis dan mengurangi biaya per unit. Pada saat bersamaan strategi penetrasi juga dapat mengurangi minat dan kemampuan pesaing karena harga yang rendah menyebabkan marjin yang diperoleh setiap peusahaan menjadi terbatas.



• Prestige Pricing
Merupakan strategi menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga konsumen yang sangat peduli dengan statusnya akan tertarik dengan produk tersebut, dan kemudian membelinya. Sedangkan apabila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka permintaan terhadap barang atau jasa tersebut akan turun. Produk-produk yang sering dikaitkan dengan prestige pricing antara lain adalah permata, berlian, mobil mewah, dan sebagainya.
• Price Lining
Lebih banyak digunakan pada tingkat pengecer. Di sini, penjual menentukan beberapa tingkatan harga pada semua barang yang dijual. Sebagai contoh: menjual berbagai macam model, ukuran dan kualitas yang berbeda, menentukan 3 tingkatan harga yaitu Rp. 5.000,-; Rp. 7.000,-; dan Rp. 10.000, -. Hal ini akan memudahkan dalam pengambilan keputusan bagi konsumen untuk membeli dengan harga yang sesuai kemampuan keuangan mereka.
• Old-Even Pricing
Metode penetapan harga ini sering digunakan untuk penjualan barang pada tingkat pengecer. Dalam metode ini, harga yang ditetapkan dengan angka ganjil atau harga yang besarnya mendekati jumlah genap tertentu. Misalnya harga Rp. 4.975 bagi sekelompok konsumen tertentu masih beranggapan harga tersebut masih berada dalam kisaran harga Rp 5.000-an.



• Demand-Backward Pricing
Adalah penetapan harga dimana melalui proses berjalan ke belakang, maksudnya perusahaan memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen, kemudian perusahaan menentukan margin yang harus dibayarkan kepada wholesaler dan retailer. Setelah itu baru harga jualnya dapat ditentukan
• Bundle Pricing
Merupakan strategi pemasaran dua atau lebih produk dalam satu harga paket. Metode ini didasarkan pada pandangan bahwa konsumen lebih menghargai nilai suatu paket tertentu secara keseluruhan daripada nilai masing-masing item secara individual. Metode ini memberikan manfat besar bagi pembeli dan penjual. Pembeli dapat menghemat biaya total & penjual dapat menekan biaya pemasaran.
Ø Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau biaya bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya overhead, dan laba. Metode penetapan harga berbasis biaya terdiri dari:
·      Standard Markup Pricing
Merupakan penetapan harga yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase (markup) tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu kelas produk. Persentase markup besarnya bervariasi tergantung pada jenis produk yang dijual. Biasanya produk yang tingkat perputarannya tinggi dikenakan markup yang lebih kecil daripada produk yang tingkat perputarannya rendah.
·      Cost Plus Persentage of Cost Pricing
Merupakan penetapan harga yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase tertentu terhadap biaya produksi. Metode ini seringkali digunakan untuk menentukan harga satu atau beberapa item. Misalnya peternak  menetapkan tarif sebesar 15% dari biaya produksi. Bila biaya produksi senilai Rp 100 dan fee produksi 15% dari biaya produksi (Rp 15 ), maka harga akhirnya sebesar Rp 115.
·      Cost Plust Fixed Fee Pricing
Metode ini banyak diterapkan dalam produk-produk yang sifatnya sangat teknikal. Dalam strategi ini, pemasok atau produsen akan mendapat ganti atas semua biaya yang dikeluarkan, seberapapun besarnya. Tetapi produsen atau pemasok tersebut hanya memperoleh fee tertentu sebagai laba yang besarnya tergantung pada biaya final tersebut yang disepakati bersama.
Ø  Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam mpenetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volumelaba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi. Metode penetapan harga berbasis laba ini terdiri dari target profit pricing, target return on sales pricing, dan target return on investment pricing.
Ø  Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan, atau laba, harga juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing. Metode penetapan harga berbasis persaingan terdiri dari customary pricing; above, at, or below market pricing; loss leader pricing; dan sealed bid pricing.
·       Penyesuaian Khusus Terhadap Harga
Penyesuaian khusus terhadap harga menurut daftar (list price) terdiri atas diskon, allowance, dan penyesuaian geografis (geographical adjustment).
A. Diskon
Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual. Biasanya potongan harga ini diwujudkan dalam bentuk tunai ataupun barang dan dimaksudkan untuk menarik konsumen. Terdapat empat jenis diskon, yaitu diskon kuantitas, diskon musiman, diskon kas, dan trade discount.
·      Diskon Kuantitas
Merupakan potongan harga yang ditawarkan oleh penjual untuk mendorong konsumen agar bersedia membeli dalam jumlah yang lebih besar, atau bersedia memusatkan pembeliannya pada penjual tersebut sehingga mampu meningkatkan volume penjualan secara keseluruhan. Misalnya seorang pembeli membeli telur paling sedikit 10 saset, maka diberi potongan 5% dan kalau pembeliannya kurang dari 10 saset tidak mendapat potongan.
·      Diskon Musiman
Merupakan potongan harga yang diberikan kepada pembeli untuk melakukan pembelian di luar musim tertentu. Sebagai contoh, pembeli yang membeli telur pada musim banyaknya telur, akan memperoleh potongan sebesar 5%, 10%, dan 20%.

·      Diskon Kas
Merupakan potongan yang diberikan kepada pembeli atas pembayaran pada suatu periode dan mereka melakukan pembayaran tepat pada waktunya. Misalnya penjual menawarkan produknya dengan syarat pembayaran. Jika pembeli dapat membayar dalam waktu 10 hari, mereka mendapat potongan 2% dan pembayaran harus dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah barang-barang diterima.
·      Trade Discount
Disebut juga potongan fungsional, merupakan potongan harga yang ditawarkan pada pembeli atas pembayaran untuk fungsi-fungsi pemasaran yang mereka lakukan. Jadi potongan dagang ini hanya diberikan kepada pembeli yang ikut memasarkan produknya. Mereka ini termasuk penyalur, baik pedagang besar maupun pengecer.
B. Allowance
Seperti halnya diskon, allowance juga merupakan pengurangan dari harga menurut daftar (price list) kepada pembeli karena adanya aktivitasaktivitas tertentu yang dilakukan pembeli. Terdapat tiga jenis allowance yang biasa digunakan, yaitu:
·      Promotional Allowance
Merupakan potongan harga yang diberikan kepada penjual atau penyalur distribusi yang melakukan aktivitas periklanan atau penjualan tertentu yang dapat mempromosikan produk produsen. Bentuk promotinal allowance bisa berupa pembayaran tunai yang lebih kecil atau jumlah produk gratis yang lebih banyak.
·      Trade in Allowance
Merupakan potongan harga yang diberikan dalam sistem tukar tambah.
·      Product Allowance
Merupakan potongan harga yang diberikan kepada para pembeli yang bersedia membeli barang dalam kondisi tidak normal.
C. Penyesuaian Geografis (Geographical Adjustment)
Penyesuaian geografis merupakan penyesuaian terhadap harga yang dilakukan oleh produsen atau juga wholesaler Penyesuaian geografis merupakan penyesuaian terhadap harga yang dilakukan oleh produsen atau juga sehubungan dengan biaya transportasi produk dari penjual ke pembeli. Biaya transportasi ini merupakan salah satu unsur penting dalam biaya variabel total, yang tentunya akan menentukan harga akhir yang harus dibayar oleh pembeli. Terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk melakukan penyesuaian geografis, yaitu:
·      FOB (Free On Board) Origin Pricing
FOB (Free On Board) berarti penjual menanggung semua biaya sampai pemuatan produk ke kendaraan pengangkut yang digunakan (misalnya kapal, truk, kereta api, dan sebagainya). Umumnya dalam FOB (Free On Board) Origin Pricing penjual menentukan lokasi pemuatan produk, yang seringkalinya adalah di pabrik, gudang penjualan, atau di pelabuhan terdekat dari lokasi penjual. Tanggung jawab atas produk akan beralih kepada pembeli bila produk sudah dimuat ke kendaraan pengangkut. Segala biaya transportasi dan penanganan produk selanjutnya ditanggung pembeli. Pembeli yang berlokasi paling jauh akan menanggung biaya transportasi paling besar.
·      Uniform Delivered Pricing
Dalam metode ini, harga yang ditetapkan penjual juga mencakup semua biaya transportasi. Penjual menentukan cara pengangkutan, membayar biaya pengangkutan, dan bertanggungjawab atas segala kerusakan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, tanggung jawab penjual adalah sampai produk
diterima pembeli.
Penetapan harga tidak dapat lagi dipandang dari sudut ekonomi belaka yang bertumpu pada demand and supply maupun berdasarkan cost (cost + profit = price). Kecenderungan penetapan harga lebih bertumpu kepada perceived value konsumen dan dinamika persaingan. Artinya harga lebih ditentukan oleh C-konsumen (Consumer) dan C-kompetitor (Competitor) atau C - dinamika persaingan (Competition) dibanding C - biaya (Cost).
Sedikit banyak Informasi yang diperoleh konsumen mempengaruhi terjadinya satu transaksi karena konsumen mempunyai informasi atau referensi untuk membandingkan harga produk yang satu dengan produk yang lain dan dengan produk alternatif. Konsumen dalam upaya memutuskan pengambil keputusan pembelian suatu produk dipengaruhi dan dikenal dengan istilah peranan price awareness dan prices consciousness. Adapun yang dimaksud dengan price awareness adalah kemampuan individu/konsumen untuk mengingat harga baik harga produk itu sendiri maupun harga produk kompetitor untuk dijadikan referensi. Sedangkan pengertian dari price consciousness adalah kecenderungan konsumen untuk mencari perbedaan harga.
Konsumen yang dikatakan price conciousness adalah konsumen yang cenderung untuk membeli pada harga yang relatif lebih murah. Umumnya pelanggan tersebut tidak memperhatikan kelebihan–kelebihan dari produk, tetapi hanya mencari harga yang mempunyai perbedaan yang tinggi. Sampai saat ini, kebanyakan konsumen yang mempunyai pendapatan rendah adalah konsumen yang memperhatikan price awareness dan price consciousness dalam mengambil keputusan. Untuk itu umumnya mereka akan berusaha mencari informasi tentang harga dan proses seleksi yang tinggi. 
Dalam penentuan harga, produsen harus memahami secara mendalam besaran sensitifitas konsumen terhadap harga. Menurut Roberto pada buku Applied Marketing Research bahwa dari hasil penelitian menyebutkan isu utama yang berkaitan dengan sensitifitas harga yaitu; elasitas harga dan ekspektasi harga. Sedangkan pengertian dari elasitas harga adalah:
Ø      Konsumen cenderung memberikan respon yang lebih besar atas setiap rencana kenaikan  dibandingkan dengan kenyataan pada saat harga tersebut naik.
Ø      Konsumen akan lebih sensitive terhadap penurunan harga dibandingkan dengan kenaikan harga.
Ø      Elastisitas konsumen akan berkurang ketika melakukan shopping dengan teman atau dipengaruhi oleh sales person.
Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita dengan aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Berbicara harga berarti bicara tentang citra kualitas dan seberapa tinggi ekslusifitasnya. Tinggi rendahnya harga sangat berpengaruh terhadap persepsi kualitas, sehingga ikut menentukan citra terhadap sebuah merek atau produk. Dalam persepsi konsumen sering berlaku logika bahwa harga yang mahal berarti kualitas bagus dan harga yang murah berarti kualitasnya kurang. Pada tingkat tertentu menetapkan harga berarti juga berbicara mengenai ekslusifitas. Walaupun harus mempertimbangkan berbagai faktor lain terkait, secara kasar dapat dikatakan bahwa makin tinggi harga yang ditetapkan secara relatif terhadap kompetitor, makin eksklusif pula konsumen sasarannya. Seolah seperti piramida. Makin ke puncak makin kecil, makin tinggi harga yang ditetapkan makin sedikit konsumen yang disasar.
Penetapan harga juga berbicara mengenai variasi produk. Jika produknya bervariasi tetapi ditetapkan dengan harga yang sama maka persepsi yang muncul adalah kesamaan kualitas sebagai cerminan variasi produk secara horisontal. Juga dapat dipakai untuk menjelaskan variasi produk secara vertikal dengan kualitas yang bertingkat. Misalnya, pada maskapai penerbangan terdapat pembedaan layanan kualitas layanan untuk kelas ekonomi, bisnis, dan first class dengan tingkat harga yang berbeda.
Dengan fungsinya yang amat luas ini, perlu pendekatan harga yang bersifat strategis yang tertuang dalam konsep power pricing. Power pricing pada intinya adalah bagaimana mengelola harga sebagai suatu elemen strategis dalam mendukung strategi yang telah dirumuskan, dan tentunya dapat mendukung pula tujuan bisnis secara keseluruhan. Mulai sebagai sarana pertumbuhan untuk menggapai profit, memperoleh revenue, image shifting, dan memantapkan produk baru. Penentuan pricing objective ini berada dalam kerangka strategis yang lebih luas, corporate strategy maupun marketing strategy.
Pada saat konsumen melakukan evaluasi dan penilaian terhadap harga dari suatu produk sangat dipengaruhi oleh perilaku dari konsumen itu sendiri. Sementara perilaku konsumen dipengaruhi aspek budaya, sosial, personal (umur, pekerjaan,kondisi ekonomi) serta psikologi (motivasi, persepsi, percaya). Sedangkan pengertian persepsi adalah suatu proses dari seorang individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan, dan menterjemahkannya stimulus atau informasi yang datang menjadi suatu gambaran yang menyeluruh. (Shifmant, 2000).
Dengan demikian penilaian terhadap harga suatu produk dikatakan mahal, murah atau biasa saja dari setiap individu tidaklah harus sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar-belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu. Dalam kenyataannya konsumen dalam menilai harga suatu produk, sangat tergantung bukan hanya dari nilai nominal secara absolut tetapi melalui persepsi mereka pada harga (Nagle & Holden, 1995).
Dalam tahap ini juga dapat dilakukan strategi penetrasi dengan menetapkan harga yang sangat rendah. Dapat diterapankan pada situasi pasar tidak terfragmentasi ke dalam segmen yang berbeda, serta produk tersebut tidak mempunyai nilai simbolis yang tinggi. Pendekatan ini juga efektif terhadap sasaran pasar yang sensitif harga.


Dalam tahap pertumbuhan pasar, penjualan meningkat disertai munculnya pesaing. Pada awalnya terjadi pertumbuhan yang cepat, strategi yang diterapkan adalah tetap mempertahankan harga. Ketika pertumbuhan melambat, terapkan strategi harga harga agresif : menurunkan harga untuk mendorong penjualan sekaligus menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Pada tahap kematangan, fleksibilitas harga merupakan kunci efektivitas penetapan harga. Dalam menerapkan penurunan harga acuan utama yang harus diperhatikan terdiri dari dua hal : tingkat sensitivitas harga dan situasi persaingan. Dalam kondisi ini pemasar harus siap mental dengan perolehan profit margin yang rendah, karena pada posisi ini beberapa produk pesaing akan bereaksi untuk menurunkan harga produknya pula.
Pertimbangan utama dalam penetapan startegi harga. Situasi di pasar, strategi penetapan harga akan efektif jika diterapkan dengan benar sesuai dengan karakteristik produk (produk baru/lama, komoditas/bukan, tangible/intangible) dan lingkungan pemasaran, seperti situasi persaingan (ketat/tidak, struktur pasar) dan perilaku konsumen. Pada produk yang tidak berwujud (intangible), citra kualitas. Dan pendekatan perceived value merupakan pendekatan paling tepat.
Menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran di Indonesia menyatakan bahwa: “Penetapan harga merupakan suatu masalah jika Peternak akan menetapkan harga untuk pertama kalinya. Ini terjadi ketika Peternak mengembangkan atau memperoleh produk baru, ketika akan memperkenalkan produknya ke saluran distribusi baru atau daerah baru, ketika akan melakukan penawaran atas suatu perjanjian kerja baru.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa setiap Peternak harus memutuskan dimana ia akan menempatkan produknya berdasarkan mutu dan harga. Harga jual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk, konsumen akan membeli suatu produk apabila ada keseimbangan antara alasan dalam menetapkan harga jual.
Sudarsono menyatakan bahwa “Dalam menetapkan harga jual perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain: (a) harga pokok jual barang, (b) harga barang sejenis, (c) daya beli masyarakat, (d) jangka waktu perputaran modal, (e) peraturan-peraturan dan sebagainya”. 
berdasarkan pendapat Kotler 1996, Faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor objektif. Artinya pendapatan pribadi pengusaha atau pedagang tidak ikut berperan, atau kalau pun ada hanya kecil sekali. Faktor-faktor objektif ini kadang kadang tidak cukup kuat untuk dipakai sebagai dasar penentuan harga, sehingga ada faktor-faktor pertimbangan subyektif.  Dalam melaksanakan penetapan harga, maka produsen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Kondisi pasar: dalam hal ini produsen harus mengenal secara mendalam kondisi pasar  (monopoli atau persaingan bebas atau hal lainnya) yang akan dimasuki, Peternak competitor termasuk bentuk Peternak serta peta kekuatan/kelemahan kompetitor.
b.   Harga produk saingan: Dalam menentukan harga sebaiknya kita harus mengenal harga pesaing yang ada di pasar (price awareness) dan harga yang diberikan ke konsumen. Biasanya harga yang beredar di pasaran berbeda dengan harga yang diberikan kepelanggan. Hal ini disebabkan strategi competitor dan aspek lainnya antara kompetitor dengan pelanggannya. Untuk itu sangat diperlukan riset ke lapangan dalam bentuk riset kuantitif dan dibantu dengan marketing inteligent.
c.    Elasitas permintaan dan besaran permintaan: Yang dimaksud dengan elasitas disini adalah untuk mengatahui berapa besar perubahan permintaan yang disebabkan dengan perubahan harga. Disamping itu pula sangat diperlukan respon konsumen terhadap perubahan harga yang dikaitkan dengan penggunaan produk itu sendiri. Misal dengan penurunan harga maka konsumen akan membeli lebih banyak atau malah tidak jadi membeli, begitu pula sebaliknya.
d.   Faktor lainnya. Pemahaman kondisi ekonomi yang terjadi saat ini dan perkiraan kedepan yang akan terjadi merupakan kunci pokok dalam upaya mengetahui daya beli masyarakat, disamping memperkirakan kondisi politik dan keamanan. 
Salah satu keputusan yang sulit dihadapi suatu Peternak adalah menetapkan harga. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi setiap Peternak yaitu didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba. Tetapi kombinasi optimal dari faktor - faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produk, pasarnya, dan tujuan Peternak. “Penetapan harga jual adalah proses penentuan apa yang akan diterima suatu Peternak dalam penjualan produknya”. (Ricky W. dan Ronald J. Ebert)
Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah Markup. Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. (Mulyadi dkk, 2000)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan Peternak untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan Peternak, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh Peternak salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.



















BAB III
METODE PENELITIAN
3.   1. Waktu dan Tempat
                Penelitian ini direncanakan dari bulan November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Bertempat di Kec Pallangga Kab. Gowa dengan alasan bahwa tempat ini merupakan salah satu daerah yang terdapat usaha peternakan puyuh.
3.   2. Jenis Penelitian
            Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif deskriptif, yaitu suatu jenis penelitian yang sifatnya mendeskriptifkan (menggambarkan) fenomena-fenomena atau variable-variabel yang bersifat indipenden. kondisi variabel penelitian yaitu harga dan biaya usaha peternakan burung puyuh di Kec. Pallangga Kab. Gowa.
3. 3. Populasi
            Populasi  pada penelitian ini adalah merupakan peternak burung puyuh yang berada di Kec. Pallangga, Kab. Gowa. Karena peternak hanya 4 (empat) orang maka semuanya diambil sebagai responden penelitian
3. 4. Teknik Pengumpulan Data
            Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Observasi yaitu melakukan pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung kepada peternak burung puyuh di Kec. Pallangga Kab. Gowa.
2.      Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui interview langsung dengan peternak burung puyuh di Kec. Pallangga Kab. Gowa.
3.      Studi Kepustakaan yaitu berdasarkan beberapa buku sebagai literatur dan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. 5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dgunakan pada penelitian ini adalah yaitu :
a.       Data kuantitaif yaitu data yang berupa bilangan atau angka-angka yang berhubungan dengan penelitian, seperti jumlah pendapatan.
b.      Data kualitatif yaitu data yang berupa kalimat atau pernyataan yang berhubungan dengan penelitian, seperti keadaan geografis lokasi.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1.      Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan peternak burung puyuh di Kec. Pallangga Kab. Gowa.
2.      Data sekunder adalah data yang bersumber dari buku-buku, laporan-laporan dan lain-lain yang berasal dari instansi terkait dengan penelitian ini, seperti data biro pusat statistik dan kantor Kec. Pallangga Kab. Gowa.
3.   6. Analisa Data
Analisa  data  yang  digunakan pada  penelitian ini statistik deskriptif dengan menjelaskan  dan  menggambarkan  sistem  penetapan  harga berdasarkan harga telur puyuh yang akan di pasarkan dan biaya yang dikeluarkan.


3. 7. Konsep Operasional
1.      Penetapan harga adalah peternak burung puyuh di Kec. Pallangga, Kab. Gowa akan menetapkan harga jual telur puyuh yang akan dipasarkan
2.      Harga (price) adalah nilai nominal yang ditetapkan oleh Peternak burung puyuh di kelurahan Pangkabinanga, kecematan Pallangga, Kabupaten Gowa.
3.      Permintaan yaitu sejumlah telur puyuh yang akan dibeli atau yang diminta oleh masyarakat  pada tingkat harga dalam waktu tertentu.
4.      Laba adalah hasil keuntungan bersih yang diterima peternak  burung puyuh yang merupakan selisih antara penerimaan dan biaya produksi.
5.      Penawaran adalah banyaknya telur puyuh disediakan oleh peternak puyuh yang dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama periode waktu tertentu.
6.      Biaya variable (variable cost) adalah biaya yang berubah-rubah diakibatkan biaya bahan baku dan pakan burung Puyuh di kec. Pallangga, Kab. Gowa
7.      Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya peternak yang besarnya tidak dipengaruhi oleh produksi, gaji karyawan dan penjualan telur burung puyuh di kec. Pallangga, Kab  Gowa



\
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4. 1. Kondisi Geografis dan Topografi
           Kampung Jangka merupakan salah satu Kampung yang terletak di Kelurahan Pangkabinanga, Kecamatan. Pallangga, Kabupaten. Gowa, Batas-batas wilayah Kampung Jangka adalah sebagai berikut :
a.                Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Jeneberang
b.               Sebelah Timur berbatasan dengan Lingkungan Pangkabinanga
c.                Sebelah Selatan berbatasan dengan Lingkungan Mapala
d.               Sebelah Barat berbatasan dengan Lingkungan Mangalli.
4. 2. Keadaan Demografis
           Jumlah penduduk Kampung Jangka Kelurahan Pangkabianga Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa adalah 633 orang yang terdiri dari berbagai latar belakang usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jumlah ternak.
1.               Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia
           Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang adalah umur.  Semakin bertambah umur seseorang maka akan mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas dimana pengaruh tersebut akan nampak pada kemampuan fisik seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia di kampung Jangka kelurahan Pangkabinanga Kecamatan Pallangga Kab. Gowa  dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia

No
Golongan umur
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1 – 8   tahun
9 – 15 tahun
16 – 25 tahun
26 – 39 tahun
40 – 59 tahun
60 – 79 tahun
>80 tahun
60
43
187
202
93
38
10
9.47
6.79
29.54
31.91
14.69
6.00
1.57
Jumlah
633
100
           Sumber : Data Sekunder Kampung Jangka, Tahun 2012.
           Berdasarkan Tabel 1  jumlah penduduk berdasarkan usia produktif pada kampung Jangka yaitu 16 – 59 tahun adalah 482 orang. Artinya dominasi usia produktif tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat produktifitas penduduk kampung Jangka sangat dominan apabila ditinjau berdasarkan usia.
2.               Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Jumlah penduduk Kampung Jangka berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
No
Jenis kelamin
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
2.
Laki – laki
Perempuan
324
309
51.84
48.81
Jumlah
633
100
           Sumber : Data Sekunder Kampung Jangka, Tahun 2012
           Tabel 2. Menujukkan bahwa  jumlah penduduk di kampung Jangka antara laki-laki dan perempuan berbeda tipis. Terlihat pula bahwa jumlah penduduk di kampung Jangka yang mendominasi adalah laki-laki yaitu 324 orang dengan persentase 51.84 % sedangkan perempuan 309 orang dengan persentase 48.81 %.
3.               Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.
    Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kampung Jangka Kelurahan Pangkabinanga Kecamatan Pallangga Kab. Gowa dapat dilihat pada table 3.
Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No
Lulusan pendidikan umum
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
Sekolah dasar (SD)
SMP / SLTP
SMA /SLTA
Akademi /D1-D3
Sarjana S1-S3
  46
189
230
  60
  47
7.26
29.85
36.33
9.47
7.42
Jumlah
633
100
           Sumber : Data Sekunder Kampung Jangka, Tahun 2012
           Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah lulusan yang paling banyak adalah SMA/SLTA yaitu 230 orang dengan persentase 36.33%. Dan jumlah lulusan terendah adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu 46 dengan jumlah persentase 7.26%.



4.               Jumlah Ternak
    Adapun jenis ternak yang ada di Kampung Jangka dapat dilihat Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Ternak

No
Jenis Ternak
Jumlah (ekor)
Persentase (100%)
1
Sapi Bali
16
0.093457944
2
Burung Puyuh
17000
99.29906542
3
Bebek
20
0.11682243
4
Kambing
18
0.105140187
5
Ayam kampong
66
0.385514019

Jumlah

1712
100
Sumber : Data Sekunder Kampung Jangka, Tahun 2012
           Tabel 4 menujukkan bahwa jumlah ternak yang paling banyak adalah Burung puyuh yaitu 17.000 ekor dengan persentase 99.299 %.dan jumlah ternak yang terendah adalah sapi bali dengan jumlah 16 ekor dengan persentase 0.0934 %.








BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.   1. Idintitas Responden
5. 1.1  Responden I
Idintitas pribadi
                       Nama                           : H. Arief Halim
                       Umur                           : 47 Tahun
Tingkat Pendidikan     : S3
            Identitas Keluarga
                        Nama Istri                   : Hj. Sunarti
                        Jumlah Anak               : 3 Orang
           Identitas Usaha
                       Lama usaha                 : 7 Tahun
                       Jumlah Populasi          : 11.000 ekor
                       Jumlah Karyawan       : 3 Orang
5. 1. 2  Responden II
           Idintitas pribadi
                       Nama                           : Jamali
                       Umur                           : 41 Tahun
Tingkat Pendidikan     : SMP
Identitas Keluarga
                        Nama Istri                   : Suryana
Jumlah Anak               : 3 Orang
           Identitas Usaha
                       Lama usaha                 : 4 Tahun
                       Jumlah Populasi          : 2.500 ekor
                       Jumlah Karyawan       : 1 Orang
5. 1. 3  Responden III
           Idintitas pribadi
                       Nama                           : Sitaba
                       Umur                           : 50 Tahun
                        Tingkat Pendidikan     : SMP
Identitas Keluarga
                        Nama Istri                   : Sarifa
                        Jumlah Anak               : 6 Orang
Identitas Usaha
                       Lama usaha                 : 5 Tahun
                       Jumlah Populasi          : 2.500 ekor
                       Jumlah Karyawan       : 1 Orang
5. 1. 4  Responden IV
           Idintitas pribadi
                       Nama                           : Jafar Salim
                       Umur                           : 37 Tahun
Tingkat Pendidikan     : SMA


Identitas Keluarga
                        Nama Istri                   : Fatima
                        Jumlah Anak               : 3 Orang
           Identitas Usaha
                       Lama usaha                 : 3 Tahun
                       Jumlah Populasi          : 3.000 ekor
Jumlah Karyawan       : 1 Orang
5. 2. Manajemen Usaha
5. 2. 1  Tatalaksana
Dari hasil penelitian yang dilakukan peternak telur burung puyuh di Dusun Jangka Kelurahan Pangkabinaga Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa didapatkan bahwa rata – rata peternak melakukan tatalaksana pemiliharaan ternak puyuh yang hampir sama. Sistem perkandangan yang digunakan peternak di Dusun Jangka Kelurahan Pangkabinaga Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa adalah sistem kandang baterai yang dinding dan lantai kandang yang terbuat dari kawat kasa/ ram, dan terdapat penampung kotoran dibawah lantai setiap kandang.
Pemiliharaan berlangsung 3 fase yaitu fase starter, fase grower, dan fase produksi. Pada fase starter umur 0 – 3 minggu kandungan protein pakan yang dibutuhkan sekitar 25%, fase grower umur 3 – 5 minggu kadar protein pakan dikurangi menjadi 20%, dan fase produksi umur 5 minggu keatas kadar protein pakan sama dengan kadar protein yang digunakan pada fase grower yaitu 20%.
Pakan yang digunakan oleh peternak Burung Puyuh di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa adalah berupa pakan pabrikan dalam bentuk butiran yang telah disesuaikan kandungan protein berdasarkan umur puyuh.
5. 2. 2  Biaya dan Penerimaan Usaha
            Biaya adalah sejumlah pengeluaran atau sejumlah ongkos yang dikeluarkan oleh peternak burung puyuh selama proses peoduksi. Biaya yang dibahas pada tabel ini yaitu terbagi atas biaya tetap yang terdiri dari penyusutan kandang dan  penyusutan peralatan. Biaya variabel yang terdiri dari pakan, Obat-obatan dan Vaksin, Biaya pakan bibit puyuh, Biaya tenaga kerja, Kemasan, Listrik dan air.
            Sedangkan Penerimaan pada peternakan burung puyuh di kecamatan palangga kabupaten Gowa terbagi atas penerimaan yang bersumber dari telur dan bersumber dari daging burung puyuh. Telur puyuh merupakan sumber penerimaan yang utama sedangkan penerimaaan dari daging masih cenderung kecil.
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah pengeluaran penyusutan kandang dan penyusutan peralatan yang tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh peternak burung puyuh.
Tabel 5. Biaya tetap peternak burung puyuh di dusun Jangka kelurahan Pangkabinaga Kecamatan Pallangga

Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Penyusutan Kandang
Rp 250.000,00
 Rp 166.666,67
 Rp 166.666,67
 Rp 177.083,33
Penyusutan Peralatan
Rp   27.777,78
 Rp   18.333,33
 Rp   18.055,56
 Rp   20.000,00
Jumlah
Rp 277.777,78
 Rp 185.000,00
 Rp 184.722,22
 Rp 197.083,33
Sumber : Data Primer yang telah di olah.
Dari Tabel 5, dapat kita simpulkan bahwa biaya tetap di pengaruhi oleh skala kepemilikan ternak burung puyuh semakin tinggi skala usaha maka semakin tinggi pula biaya yang di keluarkan sebaliknya semakin kecil skala usaha maka semakin kecil juga biaya yang dikelurkan.
Biaya Variabel
Biaya Variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan aktifitas biaya pakan, Listrik, dan air, tenaga kerja, biaya pakan bibit, kemasan, obat-obatan dan vaksin yang jumlahnya berubah sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan
Tabel 6. Biaya Variabel peternak burung puyuh di Dusun Jangka Kelurahan Pangkabinaga Kecamatan Pallangga

Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Pakan
 Rp 32.025.000,00
 Rp   9.150.000,00
 Rp  9.150.000,00
 Rp  11.437.500,00
Obat-obatan & Vaksin
 Rp         90.000,00
 Rp         30.000,00
 Rp        30.000,00
 Rp          30.000,00
Biaya pakan Bibit
 Rp   5.465.600,00
 Rp   1.366.400,00
 Rp  1.366.400,00
 Rp     1.366.400,00
Tenaga Kerja
 Rp   2.100.000,00
 Rp      700.000,00
 Rp      700.000,00
 Rp        700.000,00
Kemasan
 Rp    4.462.500,00
 Rp   1.275.000,00
 Rp  1.275.000,00
 Rp     1.593.750,00
Listrik & air
 Rp       300.000,00
 Rp      200.000,00
 Rp      200.000,00
 Rp        200.000,00
Jumlah
 Rp 44.443.100,00
 Rp12.721.400,00
 Rp12.721.400,00
 Rp  15.327.650,00
Sumber : Data Primer yang telah di olah.
Seperti yang dapat kita lihat pada Table 6, bahwa semakin tinggi skala usaha maka akan tinggi pula biaya variabel yang di keluarkan. Biaya pakan merupakan salah satu yang mempengaruhi dalam penentuan harga jual seperti yang kita ketahui semakin tinggi harga pakan maka semakin tinggi pula harga telur puyuh karena harga pakan merupakan salah satu biaya yang cukup besar dalam bidang peternakan.
Dalam penelitian ini diperoleh data yang berdasar dari hasil wawancara langsung ke peternak burung puyuh bahwa harga pakan persaknya seberat 50 Kg sebesar Rp. 305.000,00, atau Rp 6.100/ Kg. Ini menunjukkan bahwa harga pakan burung puyuh di Makassar lebih tinggi di bandingkan dengan di pulau Jawa yang hanya sebesar Rp 3.600/kg sehingga jika dikalikan dengan 50 kg menghasilkan Rp 180.000/50 kg (1 sak). Sehingga dapat kita artikan pada akhirnya bahwa harga telur burung puyuh di Makassar akan lebih tinggi dibandingkan dengan telur burung puyuh di jawa.
Biaya Vitamin dan Obat-Obatan. Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit.
Tenaga Kerja yang digunakan  pada usaha peternakan kecil dan  masih berseifat tradisional dan umumnya adalah tenaga kerja keluarga. Upah yang diberikan oleh peternak untuk tenaga kerja yaitu Rp 700.000 /bulan. Tiap tenaga kerja peternak burung puyuh menghabiskan waktu 3 jam/ hari, khusus untuk menganangi burung telur puyuh.
Total Biaya
Biaya total adalah seluruh biaya yang dikorbankan/ dikeluarkan oleh peternak burung puyuh yang merupakan totalitas biaya tetap ditambah biaya variable



Tabel 7. Total biaya peternak burung puyuh di dusun Jangka kelurahan Pangkabinaga Kecamatan Pallangga

Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Biaya Tetap
 Rp      277.777,78
 Rp        185.000,00
 Rp        184.722,23
 Rp        197.083,33
Biaya Variabel
 Rp 49.608.700,00
 Rp  12.521.400,00
 Rp  12.521.400,00
 Rp  15.127.650,00
Total Biaya
 Rp 49.886.477,78
 Rp  12.706.400,00
 Rp  12.706.122,23
 Rp  15.324.733,33
Sumber : Data Primer yang telah di olah.
                Pada tabel 7. Dapat kita simpulkan bahwa biaya total dipengaruhi oleh besarnya skala usaha dan biaya variable memberikan kontribusi terbesar. Biaya variable mempunyai kontribusi terbesar karena biaya  pakan merupakan salah satu biaya variable yang cukup besar dalam bidang peternakan
Penerimaan
Penerimaan adalah semua penerimaan produsen dari hasil penjualan telur dan dangin burung puyuh dikali dengan harga atau output
Tabel 8. Penerimaan peternak burung puyuh di dusun Jangka kelurahan Pangkabinaga Kecamatan Pallangga

Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Telur
 Rp 74.375.000,00
 Rp  21.250.000,00
 Rp  21.250.000,00
 Rp           26.562.500,00
Daging
 Rp       630.000,00
 Rp        300,000.00
 Rp        300.000,00
 Rp                 375.000,00
Jumlah
 Rp 75.005.000,00
 Rp  21.550.000,00
 Rp  21.550.000,00
 Rp           26.937.500,00
Sumber : Data Primer yang telah di olah.
Seperti yang dapat kita lihat pada table 8, dapat kita lihat bahwa semakain besar suatu usaha maka semakin besar pula penerimaan yang di peroleh oleh seorang peternak. Telur puyuh merupakan sumber penerimaan yang utama sedangkan penerimaaan dari daging masih cenderung kecil. Karena peternak mengutaman pendapatan dari hasil penjualan telur burung puyuh dibandingkan pendapatan dari daging burung puyuh, ini dapat kita lihat pada table 8.
5. 3. Penetapan Harga
   Penetapan Harga adalah menetapkan harga telur burung puyuh. Apabila nilai harga barang itu terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh oleh penjual. Dalam penetapan harga jual peternak harus menetapkan harga untuk pertama kalinya. Harga jual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli telur burung puyuh.
   Secara garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis laba dan berbasis persaingan sedangkan peternak Di Dusun Jangka, Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Dalam menetapkan harga menggunakan tiga metoda  Penetapan harga yaitu berdasarkan permintaan, laba dan biaya.
Adapun matriks karakteristik metode penetapan harga yang dilakukan oleh Peternak Burung Puyuh di Dusun Jangka, Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa sebagai berikut.







Tabel 9. Matriks Karakteristik Metoda Penetapan Harga

Metoda Penetapan Harga
Responden  I
Responden  II
Responden  III
Responden  IV
Ø Metoda Penetapan Harga Berbasis Permintaan

• Skimming Pricing
• Penetration Pricing
• Prestige Pricing
• Price Lining
• Old-Even Pricing
•Demand-Backward Pricing
• Bundle Pricing








ü   








ü   








ü   








ü   
Ø Metoda Penetapan Harga Berbasis Biaya

·  Standard Markup Pricing
·  Cost Plust Fixed Fee Pricing
·  Cost Plus Persentage of Cost Pricin




ü   





ü   





ü   





ü   

Ø Metoda Penetapan Harga Berbasis Laba
ü   
ü   
ü   
ü   
Ø Metoda Penetapan Harga Berbasis Persaingan

·  Diskon Kuantitas
·  Diskon Musiman
·  Diskon Kas
·  Trade Discount
·  Trade in Allowance
·  Promotional Allowance
·  Product Allowance
·  Penyesuaian Geografis
·  FOB Origin Pricing
·  Uniform Delivered Pricing












Sumber : Data Primer yang telah di olah.
Dari Tabel 9, dapat kita lihat dimana keseluruhan peternak menggunakan sistem penetapan harga berbasis Permitaan (Bundle Pricing) yaitu metoda ini didasarkan pada pandangan bahwa peternak lebih mudah menjual persaset daripada perbutirnya, metode ini memberikan manfaat besar bagi pembeli dan penjual. Pembeli dapat menghemat biaya total & penjual dapat menekan biaya pemasaran.
Di Dusun Jangka, Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa semua peternak atau responden melakukan penetapan harga berbasis  biaya (cost plus persentase of cost prcing) yaitu dengan menentukan harga dengan cara menghitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan dan menambahkan margin keuntungan yang di inginkan sehingga mendapatkan margin sebesar (40%)
Pada Metode Penetapan Harga Berbasis Laba ke 4 responden melakukan metode ini yaitu menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan harga, upaya ini dilakukan peternak untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Petrnak burung puyuh mendapatkan laba rata – rata sebesar Rp 166,62/ butir. Sedangkan pada metode penetapan harga berbasis Persaingan tidak ada peternak yang menggunakan metode penetapan tersebut dikarenakan jika menggunakan metode tersebut peternak merasa akan mengalami kerugian.
Pada Peternakan Burung Puyuh dalam proses penentuan harga jual dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan dan tingkat keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dalam setiap periodenya. Sehingga peternak tidak mengalami kerugian di dalam usaha peternakan burung puyuh. Penetapan harga jual telur puyuh juga dipengaruhi oleh harga pesaing yang ada di sekitar, ketersediaan telur puyuh di pasar, dan  kebutuhan akan telur puyuh.
Penetapan harga Telur puyuh juga memperhatikan laba (Keuntungan) akan telur puyuh demi keberlanjutan usaha telur puyuh dan untuk mensejahtrakan peternak telur puyuh. Dalam penentuan harga telur burung puyuh peternak sangat memperhatikan berapa jumlah laba yang di peroleh dalam setiap telur yang terjual atau yang di beli oleh konsumen.
            Peternak burung puyuh di Desa Jangka, Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan Palangga kabupaten Gowa dalam menentukan harga dengan memberikan keuntungan rata – rata sebesar Rp 166,62 tiap butirnya. Ini berarti peternak akan memperoleh laba yang cukup besar.   
Di Dusun Jangka, Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa peternak burung puyuh melakukan penetapan harga jual telur puyuh yaitu dengan menentukan harga dengan cara menghitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan dan menambahkan margin keuntungan yang di inginkan sehingga diperole harga jual telur puyuh atau peternak menetapkan harga jual sebesar Rp 416, 66/ butirnya atau Rp 5000/saset, 1 saset berisi 12 butir telur burung puyuh.
Identifikasi Metode Penetapan Harga
Penetapan harga telur puyuh berdasarkan pesaing sangat diperhatikan, akan tetapi Produsen Telur Puyuh atau peternak burung puyuh di Kecamatan Pallangga Kabupaten gowa kenyataannya memberikan harga cenderung lebih tinggi dibandingkan telur yang di datangkan dari pulau jawa. Akan tetapi peternak burung puyuh uggul dalam kwualitas telur di bandingkan dengan telur puyuh yang di datangkan langsung dari luar Sulawesi.
   Telur puyuh yang di datangkan langsung dari pulau Jawa memang cenderung lebih murah dibandingkan telur dari Sulawesi khususnya di kecamatan pallangga kabupaten gowa akan tetapi telur puyuh yang didatangkan dari luar Sulawesi kualitasnya jelek (cepat Rusak) inilah yang di katakana para konsumen telur puyuh dan dikatankan oleh peternak burung puyuh.
Dalam penetapan harga jual peternak harus menetapkan harga untuk pertama kalinya. Peternak burung puyuh di dusun Jangka Kelurahan Pangkabinaga kecamatan palangga dalam menetapkan harga menggunakan metoda  Penetapan harga berdasarkan permintaan, laba dan biaya.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. Kesimpulan
Sistem penetapan Harga Telur Puyuh di Kec Pallangga Kab. Gowa yaitu dengan cara memperhitungkan biaya yang di keluarkan dan menambahkan sedikit keuntungan.
6. 2. Saran
            Diharapkan peternakan burung puyuh di dusun Jangka, Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa agar lebih dikembangkan lagi sehingga dapat meningkatkan taraf hidup suatu masyarakat.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim  2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Burung_Puyuh. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2012.
Anonim b. 2012. http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/ 1946072-faktor-faktor-yang-menetukan-harga. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2012.