ANALISIS PENETAPAN HARGA TELUR
BURUNG PUYUH DI KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA
___
S K R I P S I
ALIEF ASHAR
I 311 07 022
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL.................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang................................................................. 1
1. 2. Rumusan masalah............................................................ 3
1. 3. Tujuan Penelitian............................................................. 3
1. 4. Kegunaan Penelitian........................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Tinjauan Umum Tentang
Burung Puyuh Dan Telur Puyuh. 4
2. 2 Penetapan Harga.............................................................. 6
BAB III METODE PENELITIAN
3. 1. Waktu dan Tempat.......................................................... 16
3. 2. Jenis Penelitian.................................................................. 16
3. 3. Populasi............................................................................ 16
3. 4. Teknik Pengumpulan Data............................................... 16
3. 5. Jenis dan Sumber Data.................................................... 17
3. 6 Analisa data...................................................................... 17
3. 7. Konsep Operasional......................................................... 18
BAB IV KEADAAN
UMUM LOKASI PENELITIAN
4. 1. Kondisi Geeografis dan
Topografi.................................... 25
4. 2. Keadaan Demografi........................................................... 25
BAB V HASIL DAN
PEMBAHASAN
5. 1. Identitas Responden.......................................................... 29
5. 2. Manajemen Usaha.............................................................. 30
5. 3. Penetapan Harga................................................................ 36
BAB VI KESIMPULAN
DAN SARAN
6. 1. Kesimpulan......................................................................... 42
6. 1. Saran................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 43
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
Halaman
Jumlah Penduduk Berdasarkan
Kelompok Usia........................................ 21
Jumlah Penduduk Berdasarkan
Jenis Kelamin........................................... 21
Jumlah Penduduk Berdasarkan
Pendidikan............................................... 22
Jumlah Ternak.............................................................................................
23
Umur Responden........................................................................................ 23
Tingkat Pendidikan Responden.................................................................. 24
Lama Usaha................................................................................................ 24
Jumlah Populasi Ternak Burung
Puyuh...................................................... 25
Biaya Tetap................................................................................................. 26
Biaya Variabel............................................................................................ 27
Total Biaya.................................................................................................. 29
Penerimaan.................................................................................................. 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.
1 Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari suatu
totalitas kinerja agribisnis, khususnya subsistem usahatani ternak dengan
keluaran berupa produksi primer ternak. Subsistem ini akan menjadi suatu
kesatuan kinerja yang tidak terpisahkan dari subsistem agribisnis hulu
(kegiatan ekonomi input, produksi peternakan, informasi, dan teknologi) dan
subsistem agribisnis hilir (perdagangan, pengolahan, dan jasa agribisnis).
Usaha peternakan yang
banyak diminati oleh masyarakat saat ini salah satunya usaha peternakan unggas.
Hal ini dikarenakan peternakan unggas merupakan usaha yang dapaat diusahakan
mulai dari skala usaha rumah tangga hingga skala usaha besar. Salah satu
peternakan unggas yang saat ini kembali diminati oleh masyarakat adalah
peternakan puyuh, hal ini dikarenakan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh
ternak puyuh diantaranya kemampuan
produksi telurnya cepat dan tinggi (Listiyowati dan Roospitasari, 2007).
Namun, seperti kita ketahui
salah satu penunjang perekonomian negara adalah kesehatan pasar, baik
pasar barang jasa, pasar uang, maupun pasar tenaga kerja. Kesehatan pasar,
sangat tergantung pada makanisme pasar yang mampu menciptakan tingkat harga
yang seimbang, yakni tingkat harga yang dihasilkan oleh interaksi antara
kekuatan permintaan dan penawaran yang sehat.
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran /
marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga,
distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun
jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Menetapkan harga terlalu tinggi akan
menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan
mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi Peternak.
Dalam hal ini penetapan harga telur puyuh juga menjadi
sangat penting bagi peternak. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan
suatu usaha karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan
diperoleh peternak dari penjualan produknya.
Dari fakta yang ditemukan Kec.Pallangga Kab.Gowa, terlihat
suatu fenomena berupa banyaknya telur puyuh dari pulau jawa yang mempunyai
harga jual lebih murah dibandingkan telur puyuh yang ada didaerah setempat.
Oleh karena itu ini berarti keseimbangan harga akan terganggu karena adanya
ketidaksamaan harga yang berakibat terhadap kesehatan pasar dimana para konsumen akan beralih membeli telur
puyuh dari pulau jawa secara otomatis akan mengurangi daya beli konsumen dan pendapatan peternak telur puyu
di daerah setempat.
Dari
latar belakang yang telah dikemukakan, maka dilakukan penelitian tentang
“Analisis Penetapan Harga Telur Puyuh
di Kec Pallangga Kab. Gowa”.
1. 2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada
latar belakang, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana sistem penetapan Harga Telur
Puyuh di Kec Pallangga Kab. Gowa?”
1.
3.
Tujuan penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk
mengetahui dan menganalisis Penetapan Harga
Telur Puyuh di
Kec Pallangga Kab. Gowa”.
1.
4.
Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan masyarakat di
Kec Pallangga Kab. Gowa. Untuk memberi pemahaman / pertimbangan kekurangan dan
kelebihan peternak dalam member daya saing
2. Sebagai
bahan pengetahuan bagi peneliti mengenai penetapan harga telur burung puyuh di
Kec. Pallangga Kab. Gowa.
3.
Sebagai
bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.
1.
Tinjauan Umum Tentang burung Puyuh Dan Telur Puyuh
Puyuh adalah
nama untuk beberapa genera dalam familia phasianidae. Burung ini berukuran
menengah. Burung puyuh dari Dunia Baru (famili Odontophoridae) dan puyuh
kancing (famili Turnicidae) tidak berkerabat dekat namun nama mereka memiliki
perilaku dan karakteristik fisik yang mirip.
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran
tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga
Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa
burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan
terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai
dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di
kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.(Nugroho dan Mayun, 1986)
Burung puyuh adalah unggas daratan yang kecil namun gemuk.
Mereka pemakan biji-bijian namun juga pemakan serangga dan mangsa berukuran
kecil lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah, dan berkemampuan untuk lari
dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang pendek.
Beberapa spesies seperti puyuh Jepang adalah migratori dan mampu terbang untuk
jarak yang jauh. Beberapa jenis puyuh diternakkan dalam jumlah besar. Puyuh
jepang diternakkan terutama karena telurnya. (Anonim, 2012)
Klasifikasi
Burung Puyuh
Kingdom : Animal
Phylim : Chordata
Phylum : Aves
Ordo : Galiformes
Famili : Phasianidae
Sub
Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix Coturnix Japanica
Ternak Burung Puyuh termasuk ternak
dengan produktivitas yang relative tinggi. Singkatnya siklus hidup burung puyuh
menyebabkan unggas ini cepat berproduksi, yaitu saat berumur 35-42 hari sudah
mulai bertelur. Berarti sejak permulaan investasi sampai pemungutan hasilnya
berlangsung dalam waktu singkat. Keadaan ini menimbulkan semangat bagi peternak
dibandingkan dengan ayam rasa tau ayam kampung. (Topan, 2007)
Topan (2007) menambahkan bahwa telur burung
puyuh merupakan telur yang berukuran kecil, bercorak, dan rasanya enak.
Umumnya masyarakat mengetahui puyuh sebagai unggas liar yang memanfaatkan
kebun, sawah, dan hutan sebagai habitatnya. Burung ini jarang terbang, namun
bias dikatakan tidak banyak yang mengetahui bahwa siburung mini ini dapat
diternakkan dengan mudah, bahkan menjadi lading usaha bagi peternak kecil.
Lebih lanjut diungkapkan oleh
Yusdja, dkk (2005) bahwa telur puyuh sangat potensial untuk dikembangkan
terlebih karena konsumsi telur puyuh sudah mulai menyebar diseluruh kota-kota
menengah dan kota besar di pulau jawa. Telur puyuh dapat ditemukan di pasar
tradisional sampai pada pasar modern. Perubahan ini juga turut mempercepat
peningkatan konsumsi telur puyuh. Konsumsi telur puyuh juga banyak
diperkenalkan oleh industry makanan rumah tangga selain itu telur puyuh yang
berukuran kecil itu sering dijadikan bahan tambahan bagi banyak masakan yang
popular dikalangan rakyat seperti pengganti bakso, sate dan makan kecil.
2. 2. Metoda
Penetapan Harga
Secara garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasisi
biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan. (Anonim, 2012)
Ø Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan
Adalah suatu
metode yang menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan
preferansi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan
persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan,
diantaranya yaitu:
·
Perilaku
konsumen secara umum.
·
Segmen-segmen
dalam pasar.
·
Posisi suatu
produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut apakah produk tersebut
merupakan simbol status atau hanya produk yang digunakan sehari-hari.
·
Kemampuan para
pelanggan untuk membeli (daya beli).
·
Manfaat yang
diberikan produk tersebut kepada pelanggan.
·
Harga
produk-produk substitusi & Sifat persaingan non harga.
Paling sedikit
terdapat tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode penetapan
harga berbasis permintaan, yaitu:
• Skimming Pricing
Strategi ini
diterapkan dengan jalan menetapkan harga yang tinggi bagi suatu produk baru
atau inovasi dalam tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada
saat persaingan mulai ketat. Strategi ini baru bisa berjalan baik jika konsumen
tidak sensitif terhadap harga, tetapi lebih menekankan
pertimbangan-pertimbangan kualitas, inovasi, dan kemampuan produk tersebut
dalam memuaskan kebutuhan.
• Penetration Pricing
Dalam Strategi
ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah
dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu
relatif singkat. Tujuan dari strategi ini untuk mencapai skala ekonomis dan
mengurangi biaya per unit. Pada saat bersamaan strategi penetrasi juga dapat
mengurangi minat dan kemampuan pesaing karena harga yang rendah menyebabkan
marjin yang diperoleh setiap peusahaan menjadi terbatas.
• Prestige Pricing
Merupakan
strategi menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga konsumen yang sangat
peduli dengan statusnya akan tertarik dengan produk tersebut, dan kemudian
membelinya. Sedangkan apabila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka
permintaan terhadap barang atau jasa tersebut akan turun. Produk-produk yang
sering dikaitkan dengan prestige pricing antara lain adalah permata, berlian,
mobil mewah, dan sebagainya.
• Price Lining
Lebih banyak
digunakan pada tingkat pengecer. Di sini, penjual menentukan beberapa tingkatan
harga pada semua barang yang dijual. Sebagai contoh: menjual berbagai macam model,
ukuran dan kualitas yang berbeda, menentukan 3 tingkatan harga yaitu Rp.
5.000,-; Rp. 7.000,-; dan Rp. 10.000, -. Hal ini akan memudahkan dalam
pengambilan keputusan bagi konsumen untuk membeli dengan harga yang sesuai
kemampuan keuangan mereka.
• Old-Even Pricing
Metode
penetapan harga ini sering digunakan untuk penjualan barang pada tingkat
pengecer. Dalam metode ini, harga yang ditetapkan dengan angka ganjil atau
harga yang besarnya mendekati jumlah genap tertentu. Misalnya harga Rp. 4.975
bagi sekelompok konsumen tertentu masih beranggapan harga tersebut masih berada
dalam kisaran harga Rp 5.000-an.
• Demand-Backward Pricing
Adalah
penetapan harga dimana melalui proses berjalan ke belakang, maksudnya
perusahaan memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen,
kemudian perusahaan menentukan margin yang harus dibayarkan kepada wholesaler
dan retailer. Setelah itu baru harga jualnya dapat ditentukan
• Bundle Pricing
Merupakan
strategi pemasaran dua atau lebih produk dalam satu harga paket. Metode ini
didasarkan pada pandangan bahwa konsumen lebih menghargai nilai suatu paket
tertentu secara keseluruhan daripada nilai masing-masing item secara
individual. Metode ini memberikan manfat besar bagi pembeli dan penjual.
Pembeli dapat menghemat biaya total & penjual dapat menekan biaya pemasaran.
Ø Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Dalam metode
ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau biaya bukan
aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran
yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya
langsung, biaya overhead, dan laba. Metode penetapan harga berbasis biaya
terdiri dari:
·
Standard Markup
Pricing
Merupakan
penetapan harga yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase (markup)
tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu kelas produk. Persentase markup
besarnya bervariasi tergantung pada jenis produk yang dijual. Biasanya produk
yang tingkat perputarannya tinggi dikenakan markup yang lebih kecil daripada
produk yang tingkat perputarannya rendah.
·
Cost Plus
Persentage of Cost Pricing
Merupakan
penetapan harga yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase tertentu
terhadap biaya produksi. Metode ini seringkali digunakan untuk menentukan harga
satu atau beberapa item. Misalnya peternak menetapkan tarif sebesar 15% dari biaya
produksi. Bila biaya produksi senilai Rp 100 dan fee produksi 15% dari biaya
produksi (Rp 15 ), maka harga akhirnya sebesar Rp 115.
·
Cost Plust
Fixed Fee Pricing
Metode ini
banyak diterapkan dalam produk-produk yang sifatnya sangat teknikal. Dalam
strategi ini, pemasok atau produsen akan mendapat ganti atas semua biaya yang
dikeluarkan, seberapapun besarnya. Tetapi produsen atau pemasok tersebut hanya
memperoleh fee tertentu sebagai laba yang besarnya tergantung pada biaya final tersebut
yang disepakati bersama.
Ø Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode ini
berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam mpenetapan harganya. Upaya
ini dapat dilakukan atas dasar target volumelaba spesifik atau dinyatakan dalam
bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi. Metode penetapan harga berbasis
laba ini terdiri dari target profit pricing, target return on sales pricing,
dan target return on investment pricing.
Ø Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain
berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan, atau laba, harga juga dapat
ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing. Metode
penetapan harga berbasis persaingan terdiri dari customary pricing; above, at,
or below market pricing; loss leader pricing; dan sealed bid pricing.
·
Penyesuaian
Khusus Terhadap Harga
Penyesuaian
khusus terhadap harga menurut daftar (list price) terdiri atas diskon,
allowance, dan penyesuaian geografis (geographical adjustment).
A. Diskon
Diskon
merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai
penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi
penjual. Biasanya potongan harga ini diwujudkan dalam bentuk tunai ataupun
barang dan dimaksudkan untuk menarik konsumen. Terdapat empat jenis diskon,
yaitu diskon kuantitas, diskon musiman, diskon kas, dan trade discount.
·
Diskon
Kuantitas
Merupakan
potongan harga yang ditawarkan oleh penjual untuk mendorong konsumen agar
bersedia membeli dalam jumlah yang lebih besar, atau bersedia memusatkan
pembeliannya pada penjual tersebut sehingga mampu meningkatkan volume penjualan
secara keseluruhan. Misalnya seorang pembeli membeli telur paling sedikit 10
saset, maka diberi potongan 5% dan kalau pembeliannya kurang dari 10 saset
tidak mendapat potongan.
·
Diskon Musiman
Merupakan
potongan harga yang diberikan kepada pembeli untuk melakukan pembelian di luar
musim tertentu. Sebagai contoh, pembeli yang membeli telur pada musim banyaknya
telur, akan memperoleh potongan sebesar 5%, 10%, dan 20%.
·
Diskon Kas
Merupakan
potongan yang diberikan kepada pembeli atas pembayaran pada suatu periode dan
mereka melakukan pembayaran tepat pada waktunya. Misalnya penjual menawarkan
produknya dengan syarat pembayaran. Jika pembeli dapat membayar dalam waktu 10
hari, mereka mendapat potongan 2% dan pembayaran harus dilakukan dalam waktu 30
hari sesudah barang-barang diterima.
·
Trade Discount
Disebut juga
potongan fungsional, merupakan potongan harga yang ditawarkan pada pembeli atas
pembayaran untuk fungsi-fungsi pemasaran yang mereka lakukan. Jadi potongan
dagang ini hanya diberikan kepada pembeli yang ikut memasarkan produknya.
Mereka ini termasuk penyalur, baik pedagang besar maupun pengecer.
B. Allowance
Seperti halnya
diskon, allowance juga merupakan pengurangan dari harga menurut daftar (price
list) kepada pembeli karena adanya aktivitasaktivitas tertentu yang dilakukan
pembeli. Terdapat tiga jenis allowance yang biasa digunakan, yaitu:
·
Promotional
Allowance
Merupakan
potongan harga yang diberikan kepada penjual atau penyalur distribusi yang
melakukan aktivitas periklanan atau penjualan tertentu yang dapat mempromosikan
produk produsen. Bentuk promotinal allowance bisa berupa pembayaran tunai yang
lebih kecil atau jumlah produk gratis yang lebih banyak.
·
Trade in
Allowance
Merupakan
potongan harga yang diberikan dalam sistem tukar tambah.
·
Product
Allowance
Merupakan
potongan harga yang diberikan kepada para pembeli yang bersedia membeli barang
dalam kondisi tidak normal.
C. Penyesuaian Geografis
(Geographical Adjustment)
Penyesuaian
geografis merupakan penyesuaian terhadap harga yang dilakukan oleh produsen
atau juga wholesaler Penyesuaian geografis merupakan penyesuaian terhadap harga
yang dilakukan oleh produsen atau juga sehubungan dengan biaya transportasi
produk dari penjual ke pembeli. Biaya transportasi ini merupakan salah satu
unsur penting dalam biaya variabel total, yang tentunya akan menentukan harga
akhir yang harus dibayar oleh pembeli. Terdapat dua metode yang biasa digunakan
untuk melakukan penyesuaian geografis, yaitu:
·
FOB (Free On
Board) Origin Pricing
FOB (Free On
Board) berarti penjual menanggung semua biaya sampai pemuatan produk ke
kendaraan pengangkut yang digunakan (misalnya kapal, truk, kereta api, dan
sebagainya). Umumnya dalam FOB (Free On Board) Origin Pricing penjual
menentukan lokasi pemuatan produk, yang seringkalinya adalah di pabrik, gudang
penjualan, atau di pelabuhan terdekat dari lokasi penjual. Tanggung jawab atas
produk akan beralih kepada pembeli bila produk sudah dimuat ke kendaraan
pengangkut. Segala biaya transportasi dan penanganan produk selanjutnya
ditanggung pembeli. Pembeli yang berlokasi paling jauh akan menanggung biaya
transportasi paling besar.
·
Uniform
Delivered Pricing
Dalam metode
ini, harga yang ditetapkan penjual juga mencakup semua biaya transportasi.
Penjual menentukan cara pengangkutan, membayar biaya pengangkutan, dan
bertanggungjawab atas segala kerusakan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu,
tanggung jawab penjual adalah sampai produk
diterima pembeli.
diterima pembeli.
Penetapan harga tidak dapat lagi dipandang dari sudut
ekonomi belaka yang bertumpu pada demand and supply maupun berdasarkan cost
(cost + profit = price). Kecenderungan penetapan harga lebih bertumpu kepada
perceived value konsumen dan dinamika persaingan. Artinya harga lebih
ditentukan oleh C-konsumen (Consumer) dan C-kompetitor (Competitor) atau C -
dinamika persaingan (Competition) dibanding C - biaya (Cost).
Sedikit banyak Informasi yang diperoleh konsumen
mempengaruhi terjadinya satu transaksi karena konsumen mempunyai informasi atau
referensi untuk membandingkan harga produk yang satu dengan produk yang lain
dan dengan produk alternatif. Konsumen dalam upaya memutuskan pengambil
keputusan pembelian suatu produk dipengaruhi dan dikenal dengan istilah peranan
price awareness dan prices consciousness. Adapun yang dimaksud dengan price
awareness adalah kemampuan individu/konsumen untuk mengingat harga baik harga produk
itu sendiri maupun harga produk kompetitor untuk dijadikan referensi. Sedangkan
pengertian dari price consciousness adalah kecenderungan konsumen untuk mencari
perbedaan harga.
Konsumen yang dikatakan price conciousness adalah konsumen
yang cenderung untuk membeli pada harga yang relatif lebih murah. Umumnya
pelanggan tersebut tidak memperhatikan kelebihan–kelebihan dari produk, tetapi
hanya mencari harga yang mempunyai perbedaan yang tinggi. Sampai saat ini,
kebanyakan konsumen yang mempunyai pendapatan rendah adalah konsumen yang
memperhatikan price awareness dan price consciousness dalam mengambil
keputusan. Untuk itu umumnya mereka akan berusaha mencari informasi tentang
harga dan proses seleksi yang tinggi.
Dalam penentuan harga, produsen harus memahami secara
mendalam besaran sensitifitas konsumen terhadap harga. Menurut Roberto pada
buku Applied Marketing Research bahwa dari hasil penelitian menyebutkan isu
utama yang berkaitan dengan sensitifitas harga yaitu; elasitas harga dan
ekspektasi harga. Sedangkan pengertian dari elasitas harga adalah:
Ø Konsumen cenderung memberikan respon yang lebih besar atas
setiap rencana kenaikan dibandingkan
dengan kenyataan pada saat harga tersebut naik.
Ø Konsumen akan lebih sensitive terhadap penurunan harga
dibandingkan dengan kenaikan harga.
Ø Elastisitas konsumen akan berkurang ketika melakukan
shopping dengan teman atau dipengaruhi oleh sales person.
Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam
program pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita
dengan aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan,
keinginan, dan harapan konsumen. Berbicara harga berarti bicara tentang citra
kualitas dan seberapa tinggi ekslusifitasnya. Tinggi rendahnya harga sangat
berpengaruh terhadap persepsi kualitas, sehingga ikut menentukan citra terhadap
sebuah merek atau produk. Dalam persepsi konsumen sering berlaku logika bahwa
harga yang mahal berarti kualitas bagus dan harga yang murah berarti
kualitasnya kurang. Pada tingkat tertentu menetapkan harga berarti juga
berbicara mengenai ekslusifitas. Walaupun harus mempertimbangkan berbagai
faktor lain terkait, secara kasar dapat dikatakan bahwa makin tinggi harga yang
ditetapkan secara relatif terhadap kompetitor, makin eksklusif pula konsumen
sasarannya. Seolah seperti piramida. Makin ke puncak makin kecil, makin tinggi
harga yang ditetapkan makin sedikit konsumen yang disasar.
Penetapan harga juga berbicara mengenai variasi produk. Jika
produknya bervariasi tetapi ditetapkan dengan harga yang sama maka persepsi
yang muncul adalah kesamaan kualitas sebagai cerminan variasi produk secara
horisontal. Juga dapat dipakai untuk menjelaskan variasi produk secara vertikal
dengan kualitas yang bertingkat. Misalnya, pada maskapai penerbangan terdapat
pembedaan layanan kualitas layanan untuk kelas ekonomi, bisnis, dan first class
dengan tingkat harga yang berbeda.
Dengan fungsinya yang amat luas ini, perlu pendekatan harga
yang bersifat strategis yang tertuang dalam konsep power pricing. Power pricing
pada intinya adalah bagaimana mengelola harga sebagai suatu elemen strategis
dalam mendukung strategi yang telah dirumuskan, dan tentunya dapat mendukung
pula tujuan bisnis secara keseluruhan. Mulai sebagai sarana pertumbuhan untuk menggapai profit,
memperoleh revenue, image shifting, dan memantapkan produk baru. Penentuan
pricing objective ini berada dalam kerangka strategis yang lebih luas,
corporate strategy maupun marketing strategy.
Pada saat konsumen melakukan evaluasi dan penilaian terhadap
harga dari suatu produk sangat dipengaruhi oleh perilaku dari konsumen itu
sendiri. Sementara perilaku konsumen dipengaruhi aspek budaya, sosial, personal
(umur, pekerjaan,kondisi ekonomi) serta psikologi (motivasi, persepsi,
percaya). Sedangkan pengertian persepsi adalah suatu proses dari seorang
individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan, dan menterjemahkannya stimulus
atau informasi yang datang menjadi suatu gambaran yang menyeluruh. (Shifmant,
2000).
Dengan demikian penilaian terhadap harga suatu produk
dikatakan mahal, murah atau biasa saja dari setiap individu tidaklah harus
sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar-belakangi oleh
lingkungan kehidupan dan kondisi individu. Dalam kenyataannya konsumen dalam
menilai harga suatu produk, sangat tergantung bukan hanya dari nilai nominal
secara absolut tetapi melalui persepsi mereka pada harga (Nagle & Holden,
1995).
Dalam tahap ini juga dapat dilakukan strategi penetrasi
dengan menetapkan harga yang sangat rendah. Dapat diterapankan pada situasi
pasar tidak terfragmentasi ke dalam segmen yang berbeda, serta produk tersebut
tidak mempunyai nilai simbolis yang tinggi. Pendekatan ini juga efektif
terhadap sasaran pasar yang sensitif harga.
Dalam tahap pertumbuhan pasar, penjualan meningkat disertai
munculnya pesaing. Pada awalnya terjadi pertumbuhan yang cepat, strategi yang
diterapkan adalah tetap mempertahankan harga. Ketika pertumbuhan melambat,
terapkan strategi harga harga agresif : menurunkan harga untuk mendorong
penjualan sekaligus menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Pada tahap kematangan, fleksibilitas harga merupakan kunci
efektivitas penetapan harga. Dalam menerapkan penurunan harga acuan utama yang
harus diperhatikan terdiri dari dua hal : tingkat sensitivitas harga dan
situasi persaingan. Dalam kondisi ini pemasar harus siap mental dengan
perolehan profit margin yang rendah, karena pada posisi ini beberapa produk
pesaing akan bereaksi untuk menurunkan harga produknya pula.
Pertimbangan utama dalam penetapan startegi harga. Situasi
di pasar, strategi penetapan harga akan efektif jika diterapkan dengan benar
sesuai dengan karakteristik produk (produk baru/lama, komoditas/bukan,
tangible/intangible) dan lingkungan pemasaran, seperti situasi persaingan
(ketat/tidak, struktur pasar) dan perilaku konsumen. Pada produk yang tidak
berwujud (intangible), citra kualitas. Dan pendekatan perceived value merupakan
pendekatan paling tepat.
Menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Pemasaran di Indonesia menyatakan bahwa: “Penetapan harga merupakan suatu
masalah jika Peternak akan menetapkan harga untuk pertama kalinya. Ini terjadi
ketika Peternak mengembangkan atau memperoleh produk baru, ketika akan memperkenalkan
produknya ke saluran distribusi baru atau daerah baru, ketika akan melakukan
penawaran atas suatu perjanjian kerja baru.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa setiap Peternak harus
memutuskan dimana ia akan menempatkan produknya berdasarkan mutu dan harga.
Harga jual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
untuk membeli suatu produk, konsumen akan membeli suatu produk apabila ada
keseimbangan antara alasan dalam menetapkan harga jual.
Sudarsono menyatakan bahwa “Dalam menetapkan harga jual
perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain: (a) harga pokok jual barang,
(b) harga barang sejenis, (c) daya beli masyarakat, (d) jangka waktu perputaran
modal, (e) peraturan-peraturan dan sebagainya”.
berdasarkan pendapat Kotler 1996, Faktor-faktor tersebut
merupakan faktor-faktor objektif. Artinya pendapatan pribadi pengusaha atau
pedagang tidak ikut berperan, atau kalau pun ada hanya kecil sekali.
Faktor-faktor objektif ini kadang kadang tidak cukup kuat untuk dipakai sebagai
dasar penentuan harga, sehingga ada faktor-faktor pertimbangan subyektif. Dalam melaksanakan penetapan harga, maka
produsen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kondisi
pasar: dalam hal ini produsen harus mengenal secara mendalam kondisi pasar (monopoli atau persaingan bebas atau hal
lainnya) yang akan dimasuki, Peternak competitor termasuk bentuk Peternak serta
peta kekuatan/kelemahan kompetitor.
b. Harga
produk saingan: Dalam menentukan harga sebaiknya kita harus mengenal harga
pesaing yang ada di pasar (price awareness) dan harga yang diberikan ke
konsumen. Biasanya harga yang beredar di pasaran berbeda dengan harga yang
diberikan kepelanggan. Hal ini disebabkan strategi competitor dan aspek lainnya
antara kompetitor dengan pelanggannya. Untuk itu sangat diperlukan riset ke
lapangan dalam bentuk riset kuantitif dan dibantu dengan marketing inteligent.
c. Elasitas
permintaan dan besaran permintaan: Yang dimaksud dengan elasitas disini adalah
untuk mengatahui berapa besar perubahan permintaan yang disebabkan dengan
perubahan harga. Disamping itu pula sangat diperlukan respon konsumen terhadap
perubahan harga yang dikaitkan dengan penggunaan produk itu sendiri. Misal
dengan penurunan harga maka konsumen akan membeli lebih banyak atau malah tidak
jadi membeli, begitu pula sebaliknya.
d. Faktor
lainnya. Pemahaman kondisi ekonomi yang terjadi saat ini dan perkiraan kedepan
yang akan terjadi merupakan kunci pokok dalam upaya mengetahui daya beli
masyarakat, disamping memperkirakan kondisi politik dan keamanan.
Salah satu keputusan yang sulit dihadapi suatu Peternak
adalah menetapkan harga. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi
setiap Peternak yaitu didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba.
Tetapi kombinasi optimal dari faktor - faktor tersebut berbeda sesuai dengan
sifat produk, pasarnya, dan tujuan Peternak. “Penetapan harga jual adalah
proses penentuan apa yang akan diterima suatu Peternak dalam penjualan
produknya”. (Ricky W. dan Ronald J. Ebert)
Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh
ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah
Markup. Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha
kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau
diserahkan”. (Mulyadi dkk, 2000)
Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan Peternak
untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang
diinginkan Peternak, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh Peternak
salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara
menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah
harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.
1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini direncanakan dari bulan November 2012 sampai dengan
bulan Januari 2013. Bertempat di Kec Pallangga Kab. Gowa dengan
alasan bahwa tempat ini merupakan salah satu daerah yang terdapat usaha peternakan
puyuh.
3. 2. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif deskriptif, yaitu suatu jenis penelitian yang sifatnya
mendeskriptifkan (menggambarkan) fenomena-fenomena atau variable-variabel yang
bersifat indipenden. kondisi variabel penelitian yaitu harga dan biaya usaha
peternakan burung puyuh di Kec. Pallangga Kab. Gowa.
3. 3. Populasi
Populasi
pada penelitian ini adalah merupakan peternak
burung puyuh yang berada di Kec. Pallangga, Kab. Gowa. Karena peternak hanya 4
(empat) orang maka semuanya diambil sebagai responden penelitian
3. 4. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1.
Observasi yaitu melakukan
pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung kepada peternak
burung puyuh di Kec. Pallangga Kab. Gowa.
2.
Wawancara adalah pengumpulan
data yang dilakukan melalui interview langsung dengan peternak burung puyuh
di Kec. Pallangga Kab. Gowa.
3.
Studi Kepustakaan yaitu berdasarkan beberapa
buku sebagai literatur dan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian
ini.
3. 5. Jenis dan Sumber
Data
Jenis data yang dgunakan
pada penelitian ini adalah yaitu :
a.
Data kuantitaif yaitu data yang berupa bilangan atau angka-angka yang
berhubungan dengan penelitian, seperti jumlah pendapatan.
b.
Data kualitatif yaitu data yang berupa kalimat atau pernyataan yang berhubungan
dengan penelitian, seperti keadaan geografis lokasi.
Sumber data yang digunakan
pada penelitian ini adalah :
1.
Data primer yaitu data yang
bersumber dari hasil wawancara langsung dengan peternak burung puyuh
di Kec. Pallangga Kab. Gowa.
2.
Data sekunder adalah data
yang bersumber dari buku-buku, laporan-laporan dan lain-lain yang berasal dari
instansi terkait dengan penelitian ini, seperti data biro pusat statistik dan
kantor Kec.
Pallangga Kab. Gowa.
3. 6. Analisa Data
Analisa
data yang digunakan
pada penelitian ini statistik deskriptif
dengan menjelaskan dan menggambarkan
sistem penetapan harga berdasarkan harga telur puyuh yang akan
di pasarkan dan biaya yang dikeluarkan.
3. 7. Konsep
Operasional
1. Penetapan
harga adalah peternak burung puyuh di Kec. Pallangga, Kab. Gowa akan menetapkan
harga jual telur puyuh yang akan dipasarkan
2. Harga
(price) adalah nilai nominal yang ditetapkan oleh Peternak burung puyuh di kelurahan Pangkabinanga, kecematan Pallangga, Kabupaten
Gowa.
3. Permintaan
yaitu sejumlah telur puyuh yang akan dibeli atau yang diminta oleh masyarakat pada tingkat harga dalam waktu tertentu.
4. Laba
adalah hasil keuntungan bersih yang diterima peternak burung puyuh yang merupakan selisih antara
penerimaan dan biaya produksi.
5. Penawaran
adalah banyaknya telur puyuh disediakan oleh peternak puyuh yang dapat
ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada
setiap tingkat harga
selama periode waktu tertentu.
6. Biaya
variable (variable cost)
adalah biaya yang berubah-rubah
diakibatkan biaya bahan baku dan pakan burung Puyuh di kec.
Pallangga, Kab. Gowa
7. Biaya
tetap (fixed cost) yaitu biaya peternak
yang besarnya tidak dipengaruhi oleh produksi, gaji karyawan
dan penjualan telur burung puyuh di kec. Pallangga, Kab Gowa
\
BAB
IV
KEADAAN
UMUM LOKASI PENELITIAN
4.
1. Kondisi Geografis dan Topografi
Kampung Jangka merupakan
salah satu Kampung yang terletak di Kelurahan Pangkabinanga, Kecamatan.
Pallangga, Kabupaten. Gowa, Batas-batas wilayah Kampung Jangka adalah sebagai
berikut :
a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai
Jeneberang
b.
Sebelah Timur berbatasan dengan
Lingkungan Pangkabinanga
c.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Lingkungan
Mapala
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan
Lingkungan Mangalli.
4. 2. Keadaan
Demografis
Jumlah
penduduk Kampung Jangka Kelurahan Pangkabianga Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa adalah 633 orang yang terdiri dari berbagai latar belakang usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan jumlah ternak.
1.
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok
usia
Salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang adalah umur. Semakin bertambah umur seseorang maka akan
mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas dimana
pengaruh tersebut akan nampak pada kemampuan fisik seseorang untuk
menyelesaikan pekerjaannya.
Jumlah penduduk
berdasarkan kelompok usia di kampung Jangka kelurahan Pangkabinanga Kecamatan
Pallangga Kab. Gowa dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel
1. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia
No
|
Golongan umur
|
Jumlah (orang)
|
Persentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
1 – 8 tahun
9 – 15 tahun
16 – 25 tahun
26 – 39 tahun
40 – 59 tahun
60 – 79 tahun
>80 tahun
|
60
43
187
202
93
38
10
|
9.47
6.79
29.54
31.91
14.69
6.00
1.57
|
Jumlah
|
633
|
100
|
Sumber : Data Sekunder Kampung
Jangka, Tahun 2012.
Berdasarkan Tabel 1 jumlah penduduk berdasarkan usia produktif
pada kampung Jangka yaitu 16 – 59 tahun adalah 482 orang. Artinya dominasi usia
produktif tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat produktifitas
penduduk kampung Jangka sangat dominan apabila ditinjau berdasarkan usia.
2.
Jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin
Jumlah
penduduk Kampung Jangka berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan
jenis kelamin
No
|
Jenis kelamin
|
Jumlah (orang)
|
Persentase (%)
|
|
1.
2.
|
Laki
– laki
Perempuan
|
324
309
|
51.84
48.81
|
|
Jumlah
|
633
|
100
|
||
Sumber : Data Sekunder Kampung
Jangka, Tahun 2012
Tabel 2. Menujukkan bahwa jumlah penduduk di kampung Jangka antara
laki-laki dan perempuan berbeda tipis. Terlihat pula bahwa jumlah penduduk di
kampung Jangka yang mendominasi adalah laki-laki yaitu 324 orang dengan
persentase 51.84 % sedangkan perempuan 309 orang dengan persentase 48.81 %.
3.
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan.
Jumlah
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kampung Jangka Kelurahan
Pangkabinanga Kecamatan Pallangga Kab. Gowa dapat dilihat pada table 3.
Tabel 3. Jumlah
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No
|
Lulusan
pendidikan umum
|
Jumlah
(orang)
|
Persentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Sekolah
dasar (SD)
SMP
/ SLTP
SMA
/SLTA
Akademi
/D1-D3
Sarjana
S1-S3
|
46
189
230
60
47
|
7.26
29.85
36.33
9.47
7.42
|
Jumlah
|
633
|
100
|
Sumber : Data Sekunder Kampung
Jangka, Tahun 2012
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah
lulusan yang paling banyak adalah SMA/SLTA yaitu 230 orang dengan persentase
36.33%. Dan jumlah lulusan terendah adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu 46 dengan
jumlah persentase 7.26%.
4.
Jumlah Ternak
Adapun
jenis ternak yang ada di Kampung Jangka dapat dilihat Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Ternak
No
|
Jenis Ternak
|
Jumlah (ekor)
|
Persentase (100%)
|
1
|
Sapi Bali
|
16
|
0.093457944
|
2
|
Burung Puyuh
|
17000
|
99.29906542
|
3
|
Bebek
|
20
|
0.11682243
|
4
|
Kambing
|
18
|
0.105140187
|
5
|
Ayam kampong
|
66
|
0.385514019
|
Jumlah
|
1712
|
100
|
Sumber
: Data Sekunder Kampung Jangka, Tahun 2012
Tabel 4 menujukkan bahwa jumlah
ternak yang paling banyak adalah Burung puyuh yaitu 17.000 ekor dengan
persentase 99.299 %.dan jumlah ternak yang terendah adalah sapi bali dengan
jumlah 16 ekor dengan persentase 0.0934 %.
BAB
V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.
1.
Idintitas Responden
5.
1.1 Responden I
Idintitas
pribadi
Nama
: H. Arief Halim
Umur : 47 Tahun
Tingkat Pendidikan :
S3
Identitas Keluarga
Nama Istri :
Hj. Sunarti
Jumlah
Anak : 3 Orang
Identitas Usaha
Lama
usaha :
7 Tahun
Jumlah Populasi : 11.000 ekor
Jumlah
Karyawan : 3 Orang
5. 1. 2 Responden
II
Idintitas pribadi
Nama
: Jamali
Umur : 41 Tahun
Tingkat Pendidikan :
SMP
Identitas Keluarga
Nama Istri :
Suryana
Jumlah Anak :
3 Orang
Identitas Usaha
Lama
usaha :
4 Tahun
Jumlah Populasi : 2.500 ekor
Jumlah
Karyawan : 1 Orang
5. 1. 3 Responden
III
Idintitas pribadi
Nama
:
Sitaba
Umur :
50 Tahun
Tingkat
Pendidikan : SMP
Identitas Keluarga
Nama Istri :
Sarifa
Jumlah
Anak : 6 Orang
Identitas Usaha
Lama
usaha :
5 Tahun
Jumlah Populasi : 2.500
ekor
Jumlah
Karyawan : 1 Orang
5. 1. 4 Responden
IV
Idintitas pribadi
Nama
:
Jafar Salim
Umur : 37 Tahun
Tingkat Pendidikan :
SMA
Identitas Keluarga
Nama Istri :
Fatima
Jumlah
Anak : 3 Orang
Identitas Usaha
Lama
usaha : 3 Tahun
Jumlah Populasi : 3.000 ekor
Jumlah Karyawan :
1 Orang
5. 2. Manajemen
Usaha
5. 2. 1
Tatalaksana
Dari
hasil penelitian yang dilakukan peternak telur burung puyuh di Dusun Jangka
Kelurahan Pangkabinaga Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa didapatkan bahwa rata
– rata peternak melakukan tatalaksana pemiliharaan ternak puyuh yang hampir
sama. Sistem perkandangan yang digunakan peternak di Dusun Jangka Kelurahan
Pangkabinaga Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa adalah sistem kandang baterai
yang dinding dan lantai kandang yang terbuat dari kawat kasa/ ram, dan terdapat
penampung kotoran dibawah lantai setiap kandang.
Pemiliharaan berlangsung 3 fase yaitu fase starter, fase
grower, dan fase produksi. Pada fase starter umur 0 – 3 minggu kandungan
protein pakan yang dibutuhkan sekitar 25%, fase grower umur 3 – 5 minggu kadar
protein pakan dikurangi menjadi 20%, dan fase produksi umur 5 minggu keatas
kadar protein pakan sama dengan kadar protein yang digunakan pada fase grower
yaitu 20%.
Pakan yang digunakan oleh peternak Burung Puyuh di
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa adalah berupa pakan pabrikan dalam bentuk
butiran yang telah disesuaikan kandungan protein berdasarkan umur puyuh.
5. 2. 2 Biaya dan Penerimaan Usaha
Biaya adalah
sejumlah pengeluaran atau sejumlah ongkos yang dikeluarkan oleh peternak burung
puyuh selama proses peoduksi. Biaya yang dibahas pada tabel ini yaitu terbagi
atas biaya tetap yang terdiri dari penyusutan kandang dan penyusutan peralatan. Biaya variabel yang
terdiri dari pakan, Obat-obatan dan Vaksin, Biaya pakan bibit puyuh, Biaya
tenaga kerja, Kemasan, Listrik dan air.
Sedangkan
Penerimaan pada peternakan burung puyuh di kecamatan palangga kabupaten Gowa
terbagi atas penerimaan yang bersumber dari telur dan bersumber dari daging
burung puyuh. Telur puyuh merupakan sumber penerimaan yang utama sedangkan
penerimaaan dari daging masih cenderung kecil.
Biaya
Tetap
Biaya tetap adalah
pengeluaran penyusutan kandang dan penyusutan peralatan yang tidak bergantung
pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh peternak burung puyuh.
Tabel
5. Biaya tetap peternak burung puyuh di
dusun Jangka kelurahan Pangkabinaga Kecamatan Pallangga
Responden 1
|
Responden 2
|
Responden 3
|
Responden 4
|
|
Penyusutan Kandang
|
Rp 250.000,00
|
Rp 166.666,67
|
Rp 166.666,67
|
Rp 177.083,33
|
Penyusutan Peralatan
|
Rp 27.777,78
|
Rp 18.333,33
|
Rp
18.055,56
|
Rp
20.000,00
|
Jumlah
|
Rp 277.777,78
|
Rp 185.000,00
|
Rp 184.722,22
|
Rp 197.083,33
|
Sumber : Data Primer yang telah di olah.
Dari Tabel 5, dapat kita simpulkan bahwa biaya tetap
di pengaruhi oleh skala kepemilikan ternak burung puyuh semakin tinggi skala
usaha maka semakin tinggi pula biaya yang di keluarkan sebaliknya semakin kecil
skala usaha maka semakin kecil juga biaya yang dikelurkan.
Biaya
Variabel
Biaya
Variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan aktifitas biaya
pakan, Listrik, dan air, tenaga kerja, biaya pakan bibit, kemasan, obat-obatan
dan vaksin yang jumlahnya berubah sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan
Tabel
6. Biaya Variabel peternak burung puyuh
di Dusun Jangka Kelurahan Pangkabinaga Kecamatan
Pallangga
Responden 1
|
Responden 2
|
Responden 3
|
Responden 4
|
|
Pakan
|
Rp 32.025.000,00
|
Rp 9.150.000,00
|
Rp 9.150.000,00
|
Rp 11.437.500,00
|
Obat-obatan & Vaksin
|
Rp 90.000,00
|
Rp 30.000,00
|
Rp 30.000,00
|
Rp 30.000,00
|
Biaya pakan Bibit
|
Rp 5.465.600,00
|
Rp 1.366.400,00
|
Rp 1.366.400,00
|
Rp 1.366.400,00
|
Tenaga Kerja
|
Rp 2.100.000,00
|
Rp 700.000,00
|
Rp 700.000,00
|
Rp 700.000,00
|
Kemasan
|
Rp 4.462.500,00
|
Rp 1.275.000,00
|
Rp 1.275.000,00
|
Rp 1.593.750,00
|
Listrik & air
|
Rp 300.000,00
|
Rp 200.000,00
|
Rp 200.000,00
|
Rp 200.000,00
|
Jumlah
|
Rp 44.443.100,00
|
Rp12.721.400,00
|
Rp12.721.400,00
|
Rp
15.327.650,00
|
Sumber : Data Primer
yang telah di olah.
Seperti yang dapat kita lihat pada Table 6, bahwa semakin tinggi skala usaha maka
akan tinggi pula biaya variabel yang di keluarkan. Biaya pakan merupakan salah
satu yang mempengaruhi dalam penentuan harga jual seperti yang kita ketahui
semakin tinggi harga pakan maka semakin tinggi pula harga telur puyuh karena
harga pakan merupakan salah satu biaya yang cukup besar dalam bidang
peternakan.
Dalam penelitian ini
diperoleh data yang berdasar dari hasil wawancara langsung ke peternak burung
puyuh bahwa harga pakan persaknya seberat 50 Kg sebesar Rp. 305.000,00, atau Rp
6.100/ Kg. Ini menunjukkan bahwa harga pakan burung
puyuh di Makassar lebih tinggi di bandingkan dengan di pulau Jawa yang hanya
sebesar Rp 3.600/kg sehingga jika dikalikan dengan 50 kg menghasilkan Rp
180.000/50 kg (1 sak). Sehingga dapat kita artikan pada akhirnya bahwa harga
telur burung puyuh di Makassar akan lebih tinggi dibandingkan dengan telur
burung puyuh di jawa.
Biaya Vitamin dan
Obat-Obatan. Pada umur 4-7 hari puyuh di
vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan
melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat
segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit.
Tenaga Kerja yang
digunakan pada usaha peternakan kecil
dan masih berseifat tradisional dan
umumnya adalah tenaga kerja keluarga. Upah yang diberikan oleh peternak untuk
tenaga kerja yaitu Rp 700.000 /bulan. Tiap tenaga kerja peternak burung puyuh
menghabiskan waktu 3 jam/ hari, khusus untuk menganangi burung telur puyuh.
Total
Biaya
Biaya total adalah
seluruh biaya yang dikorbankan/ dikeluarkan oleh peternak burung puyuh yang
merupakan totalitas biaya tetap ditambah biaya variable
Tabel
7. Total biaya peternak burung puyuh di
dusun Jangka kelurahan Pangkabinaga Kecamatan Pallangga
Responden
1
|
Responden
2
|
Responden
3
|
Responden
4
|
|
Biaya Tetap
|
Rp
277.777,78
|
Rp
185.000,00
|
Rp
184.722,23
|
Rp
197.083,33
|
Biaya Variabel
|
Rp 49.608.700,00
|
Rp
12.521.400,00
|
Rp
12.521.400,00
|
Rp
15.127.650,00
|
Total Biaya
|
Rp 49.886.477,78
|
Rp
12.706.400,00
|
Rp
12.706.122,23
|
Rp
15.324.733,33
|
Sumber : Data Primer yang telah di olah.
Pada tabel 7. Dapat kita simpulkan bahwa biaya total
dipengaruhi oleh besarnya skala usaha dan biaya variable memberikan kontribusi
terbesar. Biaya variable mempunyai kontribusi terbesar karena biaya pakan merupakan salah satu biaya variable
yang cukup besar dalam bidang peternakan
Penerimaan
Penerimaan
adalah semua penerimaan produsen dari hasil penjualan telur dan dangin burung
puyuh dikali dengan harga atau output
Tabel
8.
Penerimaan peternak burung puyuh di dusun Jangka kelurahan Pangkabinaga
Kecamatan Pallangga
Responden 1
|
Responden 2
|
Responden 3
|
Responden 4
|
|
Telur
|
Rp 74.375.000,00
|
Rp 21.250.000,00
|
Rp 21.250.000,00
|
Rp 26.562.500,00
|
Daging
|
Rp 630.000,00
|
Rp 300,000.00
|
Rp 300.000,00
|
Rp 375.000,00
|
Jumlah
|
Rp 75.005.000,00
|
Rp 21.550.000,00
|
Rp 21.550.000,00
|
Rp 26.937.500,00
|
Sumber : Data Primer
yang telah di olah.
Seperti
yang dapat kita lihat pada table 8,
dapat kita lihat bahwa semakain besar suatu usaha maka semakin besar pula
penerimaan yang di peroleh oleh seorang peternak. Telur puyuh merupakan sumber
penerimaan yang utama sedangkan penerimaaan dari daging masih cenderung kecil.
Karena peternak mengutaman pendapatan dari hasil penjualan telur burung puyuh
dibandingkan pendapatan dari daging burung puyuh, ini dapat kita lihat pada
table 8.
5. 3. Penetapan Harga
Penetapan Harga
adalah menetapkan harga telur burung puyuh. Apabila nilai harga barang itu
terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun namun jika harga terlalu
rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh oleh penjual.
Dalam
penetapan harga jual peternak harus menetapkan harga untuk pertama
kalinya. Harga jual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli telur burung puyuh.
Secara garis besar metode penetapan
harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan
harga berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis laba dan berbasis
persaingan sedangkan peternak Di Dusun Jangka, Kelurahan Pangkabinaga,
Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Dalam menetapkan
harga menggunakan tiga metoda Penetapan harga yaitu berdasarkan permintaan,
laba dan biaya.
Adapun matriks karakteristik metode
penetapan harga yang dilakukan oleh Peternak Burung Puyuh di Dusun Jangka, Kelurahan
Pangkabinaga, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa sebagai berikut.
Tabel
9.
Matriks Karakteristik Metoda Penetapan Harga
Metoda Penetapan
Harga
|
Responden I
|
Responden II
|
Responden III
|
Responden IV
|
Ø Metoda Penetapan
Harga Berbasis Permintaan
•
Skimming Pricing
•
Penetration Pricing
•
Prestige Pricing
•
Price Lining
•
Old-Even Pricing
•Demand-Backward
Pricing
•
Bundle Pricing
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
Ø Metoda Penetapan
Harga Berbasis Biaya
· Standard Markup Pricing
· Cost Plust Fixed Fee Pricing
· Cost Plus Persentage of Cost Pricin
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
Ø Metoda Penetapan
Harga Berbasis Laba
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
Ø Metoda Penetapan
Harga Berbasis Persaingan
· Diskon Kuantitas
· Diskon Musiman
· Diskon Kas
· Trade Discount
· Trade in Allowance
· Promotional Allowance
· Product Allowance
· Penyesuaian Geografis
· FOB Origin Pricing
· Uniform Delivered Pricing
|
Sumber : Data Primer
yang telah di olah.
Dari
Tabel 9, dapat kita lihat dimana keseluruhan peternak menggunakan sistem
penetapan harga berbasis Permitaan (Bundle Pricing) yaitu metoda ini didasarkan
pada pandangan bahwa peternak lebih mudah menjual persaset daripada
perbutirnya, metode ini memberikan manfaat besar bagi pembeli dan penjual.
Pembeli dapat menghemat biaya total & penjual dapat menekan biaya pemasaran.
Di Dusun Jangka,
Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa semua peternak atau responden melakukan
penetapan harga berbasis biaya (cost plus persentase of cost prcing) yaitu
dengan menentukan harga dengan cara menghitung keseluruhan biaya yang
dikeluarkan dan menambahkan margin keuntungan yang di inginkan sehingga mendapatkan margin sebesar (40%)
Pada
Metode Penetapan Harga Berbasis Laba ke 4 responden melakukan metode ini yaitu
menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan harga, upaya ini dilakukan
peternak untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Petrnak burung puyuh
mendapatkan laba rata – rata sebesar Rp 166,62/ butir. Sedangkan pada metode
penetapan harga berbasis Persaingan tidak ada peternak yang menggunakan metode
penetapan tersebut dikarenakan jika menggunakan metode tersebut peternak merasa
akan mengalami kerugian.
Pada Peternakan Burung
Puyuh dalam proses penentuan harga jual dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan
dan tingkat keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dalam setiap periodenya.
Sehingga peternak tidak mengalami kerugian di dalam usaha peternakan burung puyuh. Penetapan harga jual telur puyuh
juga dipengaruhi oleh harga pesaing yang ada di sekitar, ketersediaan telur
puyuh di pasar, dan kebutuhan akan telur
puyuh.
Penetapan harga Telur
puyuh juga memperhatikan laba (Keuntungan) akan telur puyuh demi keberlanjutan
usaha telur puyuh dan untuk mensejahtrakan peternak telur puyuh. Dalam
penentuan harga telur burung puyuh peternak sangat memperhatikan berapa jumlah
laba yang di peroleh dalam setiap telur yang terjual atau yang di beli oleh
konsumen.
Peternak
burung puyuh di Desa Jangka, Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan Palangga
kabupaten Gowa dalam menentukan harga dengan memberikan keuntungan rata – rata
sebesar Rp 166,62 tiap butirnya. Ini berarti peternak akan memperoleh laba yang
cukup besar.
Di Dusun Jangka,
Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa peternak burung
puyuh melakukan penetapan harga jual telur puyuh yaitu dengan menentukan harga
dengan cara menghitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan dan menambahkan
margin keuntungan yang di inginkan sehingga diperole harga jual telur puyuh
atau peternak menetapkan harga jual sebesar Rp 416, 66/ butirnya atau Rp
5000/saset, 1 saset berisi 12 butir telur burung puyuh.
Identifikasi Metode Penetapan Harga
Penetapan harga telur
puyuh berdasarkan pesaing sangat diperhatikan, akan tetapi Produsen Telur Puyuh
atau peternak burung puyuh di Kecamatan Pallangga Kabupaten gowa kenyataannya
memberikan harga cenderung lebih tinggi dibandingkan telur yang di datangkan
dari pulau jawa. Akan tetapi peternak burung puyuh uggul dalam kwualitas telur di bandingkan dengan
telur puyuh yang di datangkan langsung dari luar Sulawesi.
Telur puyuh yang di datangkan langsung dari pulau Jawa memang
cenderung lebih murah dibandingkan telur dari Sulawesi khususnya di kecamatan
pallangga kabupaten gowa akan tetapi telur puyuh yang didatangkan dari luar
Sulawesi kualitasnya jelek (cepat Rusak) inilah yang di katakana para konsumen
telur puyuh dan dikatankan oleh peternak burung puyuh.
Dalam penetapan harga
jual peternak harus menetapkan harga untuk pertama kalinya. Peternak
burung puyuh di dusun Jangka Kelurahan Pangkabinaga kecamatan palangga dalam
menetapkan harga menggunakan metoda Penetapan harga
berdasarkan permintaan, laba dan biaya.
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
6.
1. Kesimpulan
Sistem
penetapan Harga Telur Puyuh di Kec Pallangga Kab. Gowa yaitu dengan cara
memperhitungkan biaya yang di keluarkan dan menambahkan sedikit keuntungan.
6.
2. Saran
Diharapkan
peternakan burung puyuh di dusun Jangka, Kelurahan Pangkabinaga, Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa agar lebih dikembangkan lagi sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup suatu masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Burung_Puyuh.
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2012.
Anonim b. 2012. http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/
1946072-faktor-faktor-yang-menetukan-harga. Diakses pada tanggal 05 Oktober
2012.